Azura Sekararum Maro [17018033]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Hidup sebagai perempuan di tengah dunia laki-laki membuat penulis merasa tidak
nyaman dengan tubuhnya. Pencarian makna mengenai keperempuanan dalam
upaya merasa nyaman dengan tubuh yang ditinggali membawa penulis berkenalan
dengan sosok bernama Dewi Durga. Sebagai salah seorang shakti dari Dewa Siwa,
sosoknya memiliki pengaruh yang besar di kepulauan Nusantara. Salah satu sisinya
yang paling banyak dijumpai sebagai dewi pejuang Durga Mahisasuramardini yang
memberikan inspirasi mengenai perempuan dan agensi tubuhnya. Semakin
mengenal Durga membawa penulis kepada hubungannya dengan shakti Siwa yang
lain yaitu Dewi Uma. Hubungan antara kedua dewi tersebut diceritakan dalam
kidung Sudamala dari Jawa Timur abad ke-15 M yang tidak ditemui jejaknya di
India. Kisah ini menceritakan Uma yang dikutuk menjadi raksasa bengis bernama
Durga. Sudamala mengisahkan kedua dewi yang saling bertolak belakang sebagai
satu entitas yang sama menawarkan pemahaman baru mengenai keperempuanan
yang hanya ada di kepulauan ini. Tugas akhir ini juga merupakan upaya untuk
mengekspresikan keperempuanan yang dilihat dalam kontras relasi Uma-Durga
demi menghadirkan sebuah harmoni. Proses penciptaan karya lukis sebagian besar
dilakukan secara intuitif yang kemudian menghasilkan simbol untuk
mengekspresikan keperempuanan. Simbol Durga dibuat dengan warna merah
dengan sapuan kuas akrilik, dan simbol Uma dibuat dengan tekstur warna putih
yang dibangun dengan teknik impasto menggunakan modeling paste. Melalui tugas
akhir ini penulis menyadari bahwa keperempuanan merupakan sebuah kaos yang
tidak dapat dikekang, sebagaimana Uma yang ada di dalam tiap diri perempuan
untuk disadari ketika Durga mulai bergejolak.
Perpustakaan Digital ITB