digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dewi Zahra Safitri [17021021]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Dalam praktiknya, seni instalasi mementingkan penyusunan dari objek-objek sebagai bagian integral dari karya dan pemosisian pengamat di hadapan karya tersebut. Hal ini berangkat dari motivasi politis seni instalasi yang bertujuan melepasksan diri dari konvensi galeri pada tahun 1960-an. Dari seni instalasi, lahir banyak kecenderungan seni lainnya, salah satunya kritik institusional. Kecenderungan kritik institusional memiliki tujuan untuk menyuarakan kritik secara langsung dengan menghadirkan ketegangan antara pengamat, karya, dan lembaga yang dikritik. Timoteus Anggawan Kusno adalah seniman Indonesia yang karya-karyanya sudah familiar dengan kecenderungan tersebut. Kekaryaannya mencakup penciptaan sejarah dan lembaga fiktif untuk digunakan sebagai ruang eksperimentalnya dalam menyampaikan kritik terhadap museum dan lembaga-lembaga serupa, penggunaan artefak dan arsip sebagai bagian dari karya, dan penggunaan ruang yang signifikan dalam penyampaian kritik. Pemajangan dan pemasangan dari karya-karya tersebut melampaui konteks seni rupa konvensional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menganalisis penggunaan display yang diterapkan oleh Kusno dalam penyampaian gagasan karya-karyanya. Menggunakan pembacaan teori Politics of Display dari Sharon Macdonald, Karp & Lavine, serta pembacaan seni instalasi menurut Claire Bishop dan Erika Suderburg, penelitian ini menemukan besarnya signifikansi dari keputusan-keputusan yang diambil dalam pemajangan suatu karya dan pesan-pesan subtil yang muncul darinya.