Dengan meningkatnya penggunaan panel surya (solar PV) di Indonesia, beberapa tantangan mulai muncul. Meskipun listrik yang dihasilkan memanfaatkan sinar matahari, masalah terjadi ketika suhu panel meningkat. Dampaknya adalah penurunan efisiensi saat panel menjadi terlalu panas. Solusi yang banyak diterapkan adalah penggunaan metode pendinginan pasif untuk solar PV. Salah satu metode yang umum digunakan adalah pemasangan heat sink dan Phase Change Material (PCM) yang menawarkan variasi material di bagian belakang panel untuk menurunkan temperatur panel. Dua metode pendinginan tersebut kemudian akan digabungkan untuk meningkatkan performa pendinginan untuk panel. Pada studi ini, dilakukan simulasi dengan perangkat lunak Ansys secara transien. Data yang berisi parameter iradiasi, kecepatan angin, dan temperatur lingkungan dalam setahun dimanfaatkan menjadi dua skenario untuk representasi kondisi optimis dan kondisi ekstrim. Diperoleh metode heat sink dan PCM memiliki performa pendinginan hingga 31°C pada kondisi ekstrim dengan total massa yang sama. Pengamatan kemudian dilakukan terhadap tiga desain metode gabungan dengan perbedaan pada persentase implementasi pendinginan. Diketahui penggunaan heat sink yang dominan memiliki efektivitas yang baik. Namun hal tersebut menurunkan besar dari normalized cost sehingga berpengaruh pada nilai dari Cost Performance Index (CPI) dan diperoleh konfigurasi yang terbaik merupakan metode gabungan yang dominan menggunakan PCM dengan nilai CPI sebesar 0,439.
Perpustakaan Digital ITB