Aureobasidium pullulans merupakan jamur polimorfik yang mampu menghasilkan
eksopolisakarida (EPS), yang memiliki berbagai aplikasi dalam industri farmasi
dan bioteknologi. EPS adalah polimer gula yang disekresikan oleh mikroorganisme
ke lingkungan, sebagai bentuk perlindungan dari lingkungan sekitar. EPS dapat
dihasilkan oleh mikroorganisme (jamur), termasuk spesies seperti A. pullulans,
sebagai bagian dari mekanisme metabolisme primer yang berfungsi sebagai bentuk
perlindungan dari lingkungan sekitar selama proses pertumbuhan dan metabolisme.
EPS yang dihasilkan oleh A. pullulans memiliki peran penting dalam perlindungan
dan adaptasi terhadap lingkungan, serta dapat berfungsi sebagai bahan bioaktif
dengan potensi penggunaan yang luas antara lain sebagai pengemulsi, penstabil,
pengental, agen penghantar obat, digunakan dalam rekayasa jaringan dan
penyembuhan luka, aktivitas imunomodulator, sifat antioksidan, efek prebiotik,
antibakteri, antiinflamasi, dan aktivitas antitumor.
Salah satu substrat potensial yang dapat digunakan dalam produksi EPS adalah biji
melinjo (Gnetum gnemon Linn), yang mengandung polisakarida dalam jumlah
melimpah dan dapat menjadi alternatif substrat karbon yang ekonomis. Gnetum
gnemon adalah salah satu tanaman tropis yang banyak ditemukan di negara Asia
Tenggara, termasuk negara Indonesia. Tanaman ini termasuk dalam famili
Gnetaceae. Tanaman ini memiliki daun dan biji yang dimanfaatkan sebagai olahan
pangan. Biji pada tanaman ini, merupakan bahan baku yang melimpah dan
mengandung polisakarida, sehingga menjadikannya sebagai substrat alternatif
ekonomis dan mudah didapat.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap utama. Tahap pertama meliputi
determinasi tumbuhan segar G. gnemon dan ekstraksi polisakarida dari bijinya,
yang kemudian dikarakterisasi untuk mengidentifikasi kandungan senyawa
polimanosa. Tahap kedua penelitian adalah proses fermentasi menggunakan
substrat gula yang berasal dari biji melinjo dengan inokulum A. pullulans Y428
untuk menghasilkan EPS. Optimasi dilakukan berdasarkan parameter suhu, pH, dan
kecepatan agitasi. Hasil fermentasi dianalisis dengan Liquid chromatography-high
resolution mass spectrometry (LC-HRMS), sedangkan karakterisasi fisiko-kimia
EPS dilakukan melalui size exclusion chromatography (SEC) untuk bobot molekul,
ii
fourier-transform infrared spectroscopy (FT-IR) untuk struktur kimia, differential
scanning calorimetry (DSC) dan thermo gravimetric analysis (TGA) untuk analisa
termal, scanning electron microscope (SEM) untuk morfologi permukaan, serta
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk analisa kadar monosakarida.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidrolisat EPS yang diperoleh mengandung
kadar glukosa sebesar 20,84±0,02% dan fruktosa sebesar 9,61±0,01%. EPS yang
dihasilkan memiliki karakteristik fisiko-kimia yang menjanjikan sebagai bahan
bioaktif. Dengan demikian, penelitian ini mengindikasikan bahwa EPS yang
diperoleh dari fermentasi A. pullulans Y428 dengan substrat biji melinjo berpotensi
untuk dikembangkan lebih lanjut dalam inovasi bidang farmasi, baik sebagai bahan
bioaktif maupun sebagai bahan eksipien guna memenuhi kebutuhan masa kini dan
masa depan.
Perpustakaan Digital ITB