

BAB 1 Taufik Alhakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Taufik Alhakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Taufik Alhakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Taufik Alhakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Taufik Alhakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Taufik Alhakim
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Nikel adalah logam yang memiliki sifat menahan korosi, dan keuletan yang tinggi,
sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku stainless steel. Indonesia memiliki
hampir setengah dari cadangan nikel dunia harus memanfaatkannya dengan baik
melalui optimalisasi produksi nikel dari dalam negeri. Saat ini, proses produksi
nikel dari bijih nikel saprolit melalui jalur pirometalurgi dengan teknologi RKEF
yang menghasilkan jumlah emisi CO2 yang sangat besar, sehingga berdampak
terhadap lingkungan. Indonesia telah berkomitmen pada perjanjian internasional
mengenai perubahan iklim yang bertujuan untuk menurunkan laju rata-rata
peningkatan suhu bumi dengan mengurangi teknologi proses yang dapat
menghasilkan gas efek rumah kaca yang tinggi. Penggunaan batubara pada
teknologi RKEF menjadi perhatian karena menghasilkan emisi CO2 yang sangat
tinggi pada proses ini. Alternatif reduktor yang menarik karena berpotensi lebih
ramah lingkungan, salah satunya arang kayu.
Serangkaian percobaan dilakukan, yang dimulai dengan karakterisasi bijih dengan
x-ray diffraction (XRD), dan x-ray /luorescence (XRF). Uji reaktivitas arang kayu
dan batubara dilakukan menggunakan thermogravimetry-differential thermal
analysis (TG-DTA) pada rentang temperatur 25 — 1.250 °C dalam keadaan inert
dengan injeksi gas argon. Percobaan kalsinasi dan reduksi bijih saprolit dilakukan
pada temperatur 950 °C dengan variasi jenis reduktor (arang kayu atau batubara)
serta dosis fixed carbon (2% atau 3,5%) terhadap bijih nikel saprolit untuk setiap
jenis reduktor. Percobaan peleburan dilakukan pada temperatur 1.550 °C selama
dua jam dalam veritcal tube furnace (VTF). Produk kalsin dianalisis XRD, XRF,
analisis FeO dan analisis Fe total. Produk peleburan dilakukan karakterisasi
menggunakan scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy
(SEM-EDS).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa batubara memiliki reaktivitas yang lebih
tinggi dibandingkan arang kayu sehingga arang kayu, sebagai reduktor padat, dapat
tersisa lebih banyak ketika masuk ke electric furnace. Namun, penggunaan arang
kayu memiliki tingkat reduksi yang lebih rendah 0,06 — 0,55% dibandingkan
batubara. Hasil XRD menunjukkan bahwa kadar Fe logam pada penggunaan
reduktor arang kayu lebih rendah 1,4 —2,3% dibandingkan batubara. Dosis reduktor
yang lebih tinggi dapat meningkatkan kandungan besi pada logam dari proses
peleburan.