digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada tahun 2023 sebagian wilayah mengalami kemarau akibat iklim el nino. Hal tersebut berdampak terhadap penyedian energi listrik terutama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang bergantung terhadap ketersedian air. Sistem kelistrikan Sulawesi bagian selatan dengan total 32,31% energi listriknya diproduksi oleh PLTA mengalami defisit listrik akibat sebagian PLTA tidak dapat operasi. Pembangkit listrik yang dapat dikembangkan untuk memanfaatkan kondisi tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), karena sumber energinya berasal dari matahari. Untuk mengatasi permasalahan lahan dalam pembangunan PLTS, saat ini PLTS dapat dipasang diatas permukaan air yang disebut PLTS Terapung. Bendungan Bili-Bili merupakan salah satu bendungan yang memiliki potensi untuk dibangun PLTS Terapung di Sulawesi Selatan. Peningkatan temperatur pada Photovoltaic (PV) dapat menurunkan daya keluarannya, sehingga perlu sistem pendingin untuk optimasi. Pendingin termosifon memanfaatkan prinsip konveksi alami untuk mentransfer panas tanpa memerlukan pompa atau energi eksternal tambahan untuk sirkulasi air pendingin. Perhitungan produksi listrik dikaji terhadap 3 konfigurasi PLTS Terapung yaitu konvensional, berpendingin termosifon reservoir sejajar PV dan berpendigin termosifon reservoir tinggi 75 cm. Luas area genangan yang dapat dimanfaatkan untuk PLTS Terapung adalah 20% berdasarkan Permen PUPR No. 7 Tahun 2023. Perhitungan nilai koefisien rugi termal (U) digunakan untuk memodelkan efek pendinginan dari ketiga konfigurasi tersebut. Sizing dan perhitungan potensi produksi tahunan dilakukan menggunakan aplikasi PVSyst. Sedangkan untuk analisa kestabilan jaringan menggunakan aplikasi DIgSILENT. Potensi kapasitas PLTS Terapung di Bendungan Bili-Bili berdasarkan 20% luas genangan yang dapat dimanfaatkan adalah 295,5 MWp. Potensi energi listrik tahunan tertinggi diproduksi oleh konfigurasi PLTS Terapung Bili-Bili berpendingin termosifon reservoir tinggi 75 cm sebesar 2,7% lebih tinggi dibanding konfigurasi PLTS Terapung konvensional. Meskipun memiliki potensi kapasitas yang besar, namun berdasarkan uji kestabilan jaringan kapasitas PLTS Terapung yang tidak menyebabkan bekerjanya Under Frequency Relay (UFR) adalah dibawah 75 MW untuk sistem tanpa menggunakan Battery Energy Storage System (BESS). Hasil analisa keekonomian menunjukkan PLTS Terapung konfigurasi konvensional lebih menguntungkan dengan Net Present Value (NPV) sebesar US $ 4.451.566, Interest Rate of Return (IRR) sebesar 13,62%, Levelized Cost of Electricity (LCOE) sebesar US $ 0,0538/kWh. Sedangkan NPV untuk konfigurasi berpendingin termosifon hanya sebesar $2.055.184, IRR sebesar 11,36%, LCOE sebesar $ 0,0561/kWh meskipun produksi listrik lebih tinggi. Hal ini dikarenakan biaya instalasi termosifon yang masih tinggi. Konfigurasi PLTS Terapung berpendingin termosifon akan kompetitif secara ekonomi dengan konfigurasi konvensional jika biaya instalasi termosifon dibawah $0,019/Wp.