








Ikan tuna sudah diakui secara luas sebagai produk makanan laut yang populer.
Dalam menjaga kualitas ikan, pembekuan merupakan proses yang paling umum
digunakan. Lebih dari 50% hasil tangkapan langsung dari seluruh dunia
diperdagangkan dalam bentuk ikan tuna beku. Di Indonesia sendiri, lebih dari satu
juta ton produksi ikan tuna tidak dalam bentuk ikan beku sehingga rentan
mengalami kerusakan dan mengurangi kualitas gizi jika tidak segera diolah. Proses
pembekuan menghasilkan kristal es yang memainkan peranan penting dalam
menghambat kerusakan dan meningkatkan umur simpan. Pembentukan kristal es
ini dipengaruhi oleh laju pembekuan produk, semakin tinggi laju pembekuan,
semakin baik. Untuk menghasilkan laju pembekuan yang tinggi, ikan umumnya
dibekukan dalam air blast freezer. Penelitian sebelumnya telah mengkaji faktorfaktor
yang memengaruhi laju pembekuan ikan tuna dalam air blast freezer,
diantaranya temperatur dan laju alir udara. Namun demikian, faktor penempatan
serta pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kualitas ikan tuna tidak dibahas.
Hingga saat ini belum ada standar khusus terkait kondisi pembekuan ikan tuna
dalam air blast freezer untuk menjaga kualitas ikan tuna.
Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus pada simulasi numerik untuk
menganalisis pengaruh kondisi pembekuan (bentuk, temperatur, arah dan laju alir
udara, serta penempatan ikan) dalam air blast freezer terhadap laju pembekuan,
konsumsi daya selama pembekuan, serta hubungannya dengan kualitas pembekuan.
Temperatur divariasikan antara -25 °C, -35 °C, -50 °C, dan -60 °C. Laju alir udara
divariasikan antara 1 m/s, 3 m/s, dan 6 m/s, sementara arahnya divariasikan
memanjang/sejajar (arah X) dan melintang (arah Z) ikan. Simulasi numerik
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Ansys Fluent dan pemodelan
geometri ikan menggunakan perangkat lunak Solidworks. Selain itu, dilakukan juga
eksperimen untuk melihat hubungan antara laju pembekuan dengan kualitas ikan
menggunakan metode liquid nitrogen freezing. Kualitas ikan diobservasi dengan
melihat struktur sel ikan menggunakan mikroskop cahaya. Penelitian ini divalidasi
dengan membandingkan hasil simulasi numerik dengan eksperimen, serta
membandingkannya dengan model dari beberapa penelitian sebelumnya yang
membahas air blast freezer.
Berdasarkan hasil simulasi numerik, waktu dan laju pembekuan ikan tuna utuh
lebih lambat dari potongan fillet, sementara konsumsi daya pembekuannya
berbanding terbalik dengan laju pembekuan. Waktu dan laju pembekuan dengan
arah alir udara melintang (arah Z) secara umum lebih cepat dari arah memanjang
(arah X) dalam semua kasus, sementara konsumsi daya pembekuannya berbanding
terbalik dengan laju pembekuan. Kenaikan temperatur dalam air blast freezer
memperlambat waktu dan laju pembekuan, namun mengurangi konsumsi daya
pembekuan. Sebaliknya, kenaikan laju alir udara dalam air blast freezer
mempercepat waktu dan laju pembekuan, namun terdapat penambahan konsumsi
daya pembekuan. Dalam kasus kelompok, saat posisi ikan lebih jauh dari inlet
aliran udara, waktu dan laju pembekuan umumnya meningkat, namun perubahan
waktu pembekuan dari setiap posisi menurun menuju nilai tertentu. Kondisi
pembekuan yang aman (> 0,1°C/min) terdapat pada kondisi laju alir udara 6 m/s
dengan temperatur di bawah -50 °C, sementara kondisi pembekuan yang
diperbolehkan (0,044 - 0,1 °C/min) terdapat pada kondisi laju alir udara 6 m/s
dengan temperatur di bawah -35 °C atau laju alir udara 3 m/s dengan temperatur -
60 °C. Berdasarkan hasil eksperimen, laju pembekuan cepat (0.182 °C/min)
memiliki kemungkinan kerusakan sel lebih kecil dibandingkan laju pembekuan
lambat (0.071 °C/min).