








Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi telah membawa dunia bisnis kepada
era baru yang lebih kompleks dan berisiko. Keberlangsungan suatu bisnis sangat
bergantung dari bagaimana bisnis tersebut mampu beradaptasi dengan segala
ketidakpastian dan ketatnya persaingan. Hubungan dengan pemasok menjadi salah
satu aspek yang menjadi semakin kompleks di era baru ini. Keputusan yang
melibatkan pemasok semakin hari menjadi semakin strategis dan berisiko. Telah
banyak pemasok yang mengalami masalah dan menyebabkan gangguan terhadap
proses bisnis suatu perusahaan. Ketergantungan yang semakin besar dan berisiko
sangat mengancam keberlangsungan suatu bisnis. Sehingga tidak cukup hanya
melihat dari segi efisiensi saja, tetapi tidak memiliki kepastian dari segi
keberlangsungan. Faktor-faktor tersebut mendorong kepada semakin besarnya
perhatian terhadap risiko terkait rantai pasok, yang kemudian mendorong upaya
membangun sistem pasok yang robust, mampu bertahan bertahan terhadap disrupsi.
Penelitian ini mencoba untuk mewadahi aspirasi tersebut dengan mengembangkan
sebuah model terkait pemilihan pemasok yang mampu mengakomodasi manajemen
risiko terkait pemasok. Penelitian ini memanfaatkan metode cluster analysis yang
dikolaborasikan dengan teknik Multicriteria Decision Making (MCDM) dalam
menilai risiko (risk assessment) untuk menghadirkan alternatif pemasok yang
berisiko rendah. Pada tahap berikutnya, dilakukan pemilihan pemasok dari kelompok
pemasok dengan risiko terendah, yang didasari pada kriteria yang terkait benefit/cost
dengan menggunakan teknik MCDM. Model ini juga mencoba memberikan
fleksibilitas bagi fungsi pembelian suatu perusahaan dalam menerapkan strategi
sourcing yang berhubungan dengan jumlah sumber pasokan.
Hasil dari penelitian ini adalah model pemilihan pemasok yang mengakomodasi
penilaian risiko pemasok dan prototype sistem pendukung pengambilan keputusan
i
berdasarkan model yang dikembangkan. Kelebihan dari model yang dikembangkan
adalah metode yang digunakan membolehkan penilaian dari skala absolut yang
cenderung objektif dan tangible maupun skala relatif yang lebih bersifat subjektif
dan intangible. Adapun kelemahan pada penelitian ini adalah model yang
dikembangkan masih diuji dengan data hipotetis, serta belum mempertimbangkan
supplier development ataupun multi-item sourcing.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model yang dikembangkan
dapat digunakan untuk memilih pemasok dengan mempertimbangkan risiko dari
pemasok sebagai upaya untuk meningkatkan keberlangsungan dari suatu bisnis atau
organisasi. Model yang digunakan berbasis Fuzzy Cluster Analysis dan Fuzzy AHP
sebagai dasar untuk memodelkan suatu pengambilan keputusan yang berorientasi
pada risiko dalam hal pemilihan pemasok.