Kebutuhan pengawet terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan pangan dan
produk edible lainnya. Daun ginggiang kering telah digunakan secara empiristradisional sebagai pengawet nira aren yang akan diproses menjadi gula merah.
Pemanfaatan daun tanaman tersebut sebagai pengawet nira aren sampai sekarang
masih berlangsung, setidaknya oleh masyarakat Kampung Adat Kuta, di
Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Masyarakat
mengklaim penggunaan daun tersebut efektif mengawetkan nira aren dan
menjadikan produk gula merah yang dihasilkan tahan lama serta memiliki kualitas
dan karakteristik organoleptik yang baik, seperti tidak basah/higroskopis, memiliki
tekstur keras namun tetap mudah dipotong, berwarna merah kecoklatan, serta rasa
manis tanpa disertai rasa asam. Fakta tersebut memberikan inspirasi untuk
pengembangan daun ginggiang menjadi pengawet produk edible alami baru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sediaan/produk pengawet alami
berbasis daun ginggiang yang efektif, aman dan berkualitas. Guna mencapai tujuan
tersebut, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan untuk membuktikan
keamanan, efektivitas, dan mutu sediaan pengawet yang ditargetkan.
Penelitian diawali dengan preparasi ekstrak etanol (EE) dengan metode maserasi
dan ekstrak air (EA) dengan metode refluks, diikuti dengan uji aktivitas
antimikroba. Penelitian dilanjutkan dengan dekolorisasi EE menggunakan karbon
aktif, kemudian ekstrak etanol dekolorisasi (ED) yang diperoleh diformulasikan
menjadi sediaan pengawet padat (SPP-ED) dengan penambahan selulosa
mikrokristalin sebagai bahan pengisi. Sebagai pembanding dibuat pula sediaan
pengawet padat EE (SPP-EE), juga dengan penambahan selulosa mikrokristalin.
SPP-ED dan SPP-EE yang dihasilkan diuji efektivitasnya pada beberapa produk
pangan. Uji hedonik juga dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang
diawetkan dengan SPP-ED dan SPP-EE dapat diterima atau disukai oleh responden.
Keamanan sediaan sebagai produk akhir diuji melalui uji toksisitas akut dan
subkronik 90 hari. Analisis metabolit dan penentuan senyawa marker juga
dilakukan dalam penelitian ini.
ii
EE dan EA menunjukkan aktivitas antimikroba dengan nilai Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) masing-masing terhadap Candida albicans (EE: 80±; EA: 160±0
µg/mL), Pseudomonas aeruginosa (EE: 160±0; EA: 160±0 µg/mL),
Staphylococcus aureus (EE: 80±0; EA: 320±0 µg/mL), Methicilin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) (EE: 160±0; EA: 160±0 µg/mL), Staphylococcus
epidermidis (EE: 160±0; EA: 1280±0 µg/mL), Propionibacterium acnes (EE:
640±0; EA: 640±0 µg/mL) dan Escherichia coli (EE: 640±0; EA: - µg/mL).
Pengujian efek bakterisid/bakteriostatik dan fungisid/fungistatik menunjukan
bahwa EE dan EA memiliki efek bakteriostatik pada S. aureus dan fungistatik pada
C. albicans. Mikroba-mikroba uji dalam pengujian ini merupakan mikrobamikroba yang berperan dalam mengkontaminasi makanan atau menyebabkan
infeksi pada kulit.
Uji efektivitas pengawet SPP-ED dan SPP-EE dilakukan terhadap produk pangan
roti, selai nanas, dan jus jambu. SPP-ED dan SPP-EE mampu mengawetkan roti
dan jus jambu hingga maksimum 6 hari. Efektivitas pengawetan ditandai dengan
nilai ambang angka lempeng total (ALT) dan angka kapang khamir (AKK) yang
tidak dilampaui, yaitu kurang dari 10
5
CFU/g sampel. Takaran yang mampu
mengawetkan sampel hingga 6 hari berada pada rentang 1,5-2,5 g SPP-ED/SPP-EE
untuk 1,2 Kg adonan roti, serta 0,75 g SPP-ED/SPP-EE untuk satu liter jus. Namun
demikian, kedua pengawet tersebut tidak efektif mengawetkan selai nanas. Selai
nanas dengan dan tanpa penambahan sediaan pengawet ini, sama-sama menujukkan
adanya pertumbuhan mikroba pada hari ke 3. Uji hedonik pada 40 responden tidak
terlatih menunjukkan bahwa sampel roti dan jus yang diawetkan dengan SPP-ED
dan SPE-EE memberikan hedonic score antara 7,9 hingga 6,3 yang menandakan
produk makanan sedikit hingga cukup disukai (like slightly –like moderately).
Hedonic score ini tidak berbeda dengan hedonic score sampel produk pangan yang
diawetkan dengan kalium sorbat sebagai pembanding.
Keamanan SPP-ED dan SPP-EE ditentukan melalui uji toksisitas akut oral dan
subkronik oral 90 hari. Hasil uji toksisitas akut menunjukan nilai LD50 SPP-EE
maupun SPP-ED lebih dari 5000 mg/Kg BB. Selanjutnya, mempertimbangkan
tampilan organoleptik yang lebih baik serta efektivitas pengawetan yang setara
dengan SPP-EE, maka hanya SPP-ED yang diuji lanjut keamanannya melalui uji
toksisitas subkronik. Pengujian dilakukan menggunakan dosis 45, 150, dan 1500
mg/Kg BB/hari. Dosis tersebut ditentukan berdasarkan dosis efektif pengawetan
pada roti dan nilai konsumsi harian roti. Hasil pengujian menunjukan bahwa
paparan berulang ketiga dosis tersebut tidak menyebabkan kematian, perubahan
perilaku, perubahan konsumsi pakan, maupun berat badan dibandingkan terhadap
kontrol. Namun paparan berulang ini menyebabkan perubahan pada berbagai
parameter hematologi, biokimia, indeks organ dan struktur jaringan. Oleh karena
itu, pemberian berulang SPP-ED pada hewan coba, perlu dikaji lebih lanjut untuk
menentukan nilai acceptable daily intake (ADI) SPP-ED tersebut.
Analisis metabolit ekstrak etanol daun ginggiang juga telah dilakukan dengan
menggunakan metode liquid chromatography - high resolution mass spectroscophy
(LC-HRMS). Berdasarkan hasil komparasi dengan library yang tersedia pada alat,
diperkirakan minimal 31 senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
iii
ekstrak tersebut, 13 diantaranya, yaitu: rutin, trifolin, katekin galat, quercetin-3?-
D-glucoside, quercetin, kaempferol, ?-eleostearic acid, trans-3-indoacrylic acid,
oleamid, erukamid, lupeol, aposinin, dan skopoletin, telah dilaporkan memiliki
aktivitas antimikroba, Skopoletin menjadi salah satu senyawa yang dilaporkan
memiliki berbagai aktivitas farmakologi serta tersedia metode analisis kualitatif dan
kuantitatifnya, sehingga sesuai untuk dipilih sebagai kandidat senyawa marker pada
ekstrak daun ginggiang ini. Penentuan skopoletin dalam EE dan SPP-ED
menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menunjukkan kadar
skopoletin sebesar 1,1 ± 0,01 %b/b pada EE dan 1,23±0,18 %b/b pada SPP-ED.