digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Muhammad Wildanil Fathoni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Wildanil Fathoni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Wildanil Fathoni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Wildanil Fathoni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Wildanil Fathoni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhammad Wildanil Fathoni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai cadangan nikel yang besar dalam bentuk bijih laterit. Sejauh ini proses pengolahan dan pemurnian bijih nikel laterit di Indonesia lebih banyak dilakukan untuk bijih saprolit, sementara bijih limonit yang berkadar nikel lebih rendah belum banyak diproses. Proses yang banyak digunakan di industri untuk mengolah bijih limonit adalah proses-proses hidrometalurgi seperti Proses Caron, pelindian pada tekanan tinggi (HPAL), pelindian agitasi pada tekanan atmosfir (AL) dan pelindian tumpukan (HL). Pada proses-proses tersebut, konsumsi reagen pelindi merupakan salah satu komponen utama biaya operasi. Upaya-upaya untuk menurunkan kebutuhan reagen pelindi, baik dengan cara meningkatkan selektivitas pelindian bijih nikel laterit maupun meregenerasi reagen pelindi menjadi fokus perhatian peneliti dan dunia industri dalam beberapa tahun belakangan ini. Salah satu teknologi yang baru-baru ini dikembangkan adalah pelindian bijih nikel laterit asam nitrat, dimana >95% asam nitrat yang digunakan dapat diregenerasi kembali. Pada penelitian ini dipelajari perilaku pelindian bijih nikel laterit yang diperoleh dari Pulau Halmahera dalam larutan asam nitrat. Serangkaian percobaan pelindian dalam larutan asam nitrat telah dilakukan dengan variasi konsentrasi asam nitrat, persen padatan dan temperatur. Pengukuran konsentrasi logam terlarut dalam larutan hasil pelindian dilakukan untuk menentukan persen ekstraksi Ni, Fe dan Mg yang ikut terlarut dan menentukan selektifitas pelindian. Kinetika pelindian dipelajari dengan menggunakan model shrinking core model untuk menentukan pengendali laju reaksi dan energi aktivasi proses pelindian. Analisis eksperimental faktorial desain 23 digunakan untuk mempelajari pengaruh variabel temperatur, konsentrasi asam dan persen padatan serta interaksi antara variabel-variabel tersebut terhadap proses pelindian. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstraksi Ni tertinggi yaitu 94% diperoleh pada pelindian selama 8 jam dengan konsentrasi asam 6M, 10% padatan dan temperatur 95°C. Kinetika pelindian terkendali oleh difusi melalui lapisan padat porous yang tidak/belum bereaksi dengan energi aktivasi sebesar 46,78 kJ/mol. Variabel yang paling berpengaruh pada ekstraksi Ni adalah temperatur dengan persen kontribusi mencapai 78%. Terdapat interaksi yang tinggi antara temperatur dan konsentrasi asam, konsentrasi asam dan persen padatan, dan temperatur, konsentrasi asam dan persen padatan, sementara interaksi antara temperatur dan persen padatan relatif rendah. Selektivitas (S) pelindian Ni terhadap Fe dan Mg relatif rendah, dengan nilai rata-rata SNi/Fe dan SNi/Mg masing-masing 0,53 dan 0,50. Konsumsi asam cukup tinggi, dimana konsumsi tertinggi pada temperatur 95°C, konsentrasi asam 4M dan 10% padatan yaitu 1010 kg/ton bijih. Pada kondisi terbaik (yaitu pada persen ekstraksi Ni tertinggi pada temperatur 95°C, konsentrasi asam 6 M, 10% padatan), konsumsi asam mencapai 970 kg/ton bijih