digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PLTU Nii Tanasa 2x10 MW, bagian dari Fast Track Program tahap 1 (FTP-1), merupakan tulang punggung kelistrikan di subsistem Kendari. Namun pembangkit ini memiliki nilai faktor ketersediaan / equivalent availability factor (EAF) sebesar 63,22%, lebih rendah dibandingkan PLTU FTP-1 lainnya di Sulawesi. Hal tersebut terjadi karena PLTU Nii Tanasa mengalami derating dan outage sehingga dibutuhkan strategi pengelolaan yang optimal untuk meningkatkan kinerja keandalan PLTU Nii Tanasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keekonomian alternatif pengelolaan PLTU menggunakan pendekatan life cycle cost analysis untuk meningkatkan faktor ketersediaan pembangkit. Penelitian diawali dengan analisis Pareto Loss Output (PLO), yang mengidentifikasi lima sistem utama penyebab kehilangan energi: Combustion System, Circulating Water System, Auxiliary System, Boiler Air and Gas System, serta Condensing System. Tiga alternatif pengelolaan dirumuskan untuk mengatasi derating dan outage. Parameter Weibull untuk perhitungan TTF dihitung menggunakan Minitab Statistical Software 22, sementara simulasi Monte Carlo diterapkan untuk menentukan Mean Time to Failure (MTTF). Hasil dari MTTF akan digunakan untuk menghitung biaya LCC, Net Present Value (NPV), Cost of Energy (CoE) serta profil kinerja berupa EAF dan Nett Capacity Factor (NCF) pada masing-masing alternatif. Dari perhitungan didapatkan bahwa alternatif II (penambahan biaya investasi untuk penggantian peralatan chain grate dan circulating water pump secara periodik) menjadi pilihan yang terbaik. Alternatif tersebut dari segi keekonomian memiliki nilai NPV tertinggi yaitu senilai 45,37 Miliar, Cost of Energy paling efisien dengan nilai Rp2.149/kWh dan dari sisi kinerja memiliki nilai EAF yang paling baik dibanding alternatif lainnya, dengan nilai EAF sebesar 77,56%.