digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jakarta sering mengalami banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi, limpasan dari hulu, dan air pasang laut. Penurunan muka tanah yang terus terjadi semakin memperburuk kondisi ini karena mengurangi efektivitas sistem drainase. Studi ini menganalisis pengaruh penurunan muka tanah dari tahun 2010 hingga 2023 terhadap tingkat bahaya banjir di wilayah antara Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur. Selain itu, penelitian ini juga mengevaluasi efektivitas pembangunan infrastruktur pompa pada outlet kali utama sebagai upaya mitigasi dalam mengurangi genangan akibat penurunan muka tanah. Analisis dilakukan menggunakan simulasi model genangan banjir 2D dengan perangkat lunak Sobek 2.16. Setup pemodelan dalam Sobek tidak menginkorporasikan infrastruktur pompa yang berada pada polder-polder dan mengansumsikan elevasi level tanggul pada kali sama dengan level permukaan topografi. Terdapat empat skenario pemodelan yang dilakukan yang akan menjadi bahan pembahasan dalam studi ini, yaitu pemodelan dengan dua kondisi topografi tahun 2010 dan 2023, dengan dan tanpa pompa tambahan. Seluruh skenario pemodelan dibebankan dengan tinggi hujan yang sama yaitu sebesar 110,77 mm. Hasil penelitian menunjukkan luas genangan secara keseluruhan meningkat sebesar 29% dari tahun 2010 ke 2023, dengan kenaikan signifikan pada kategori genangan dalam (>150 cm), yang bertambah hingga 121%. Sementara itu, mitigasi berupa pembangunan pompa pada outlet kali utama tidak memberikan dampak signifikan. Pembangunan pompa berkapasitas besar pada outlet kali utama hanya memberikan pengurangan genangan yang sangat kecil. Jika pompa telah dibangun sejak 2010, pengurangan luas genangan hanya sekitar 1,7%, dan dampaknya semakin berkurang menjadi hanya 0,4% pada tahun 2023. Perlu dicatat bahwa penurunan muka tanah juga berkontribusi terhadap terjadinya banjir rob saat gelombang tinggi dan pasang, namun aspek ini tidak dipertimbangkan dalam studi ini.