Jakarta sering mengalami banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi, limpasan
dari hulu, dan air pasang laut. Penurunan muka tanah yang terus terjadi semakin
memperburuk kondisi ini karena mengurangi efektivitas sistem drainase. Studi ini
menganalisis pengaruh penurunan muka tanah dari tahun 2010 hingga 2023
terhadap tingkat bahaya banjir di wilayah antara Kanal Banjir Barat dan Kanal
Banjir Timur. Selain itu, penelitian ini juga mengevaluasi efektivitas pembangunan
infrastruktur pompa pada outlet kali utama sebagai upaya mitigasi dalam
mengurangi genangan akibat penurunan muka tanah. Analisis dilakukan
menggunakan simulasi model genangan banjir 2D dengan perangkat lunak Sobek
2.16. Setup pemodelan dalam Sobek tidak menginkorporasikan infrastruktur pompa
yang berada pada polder-polder dan mengansumsikan elevasi level tanggul pada
kali sama dengan level permukaan topografi. Terdapat empat skenario pemodelan
yang dilakukan yang akan menjadi bahan pembahasan dalam studi ini, yaitu
pemodelan dengan dua kondisi topografi tahun 2010 dan 2023, dengan dan tanpa
pompa tambahan. Seluruh skenario pemodelan dibebankan dengan tinggi hujan
yang sama yaitu sebesar 110,77 mm. Hasil penelitian menunjukkan luas genangan
secara keseluruhan meningkat sebesar 29% dari tahun 2010 ke 2023, dengan
kenaikan signifikan pada kategori genangan dalam (>150 cm), yang bertambah
hingga 121%. Sementara itu, mitigasi berupa pembangunan pompa pada outlet kali
utama tidak memberikan dampak signifikan. Pembangunan pompa berkapasitas
besar pada outlet kali utama hanya memberikan pengurangan genangan yang sangat
kecil. Jika pompa telah dibangun sejak 2010, pengurangan luas genangan hanya
sekitar 1,7%, dan dampaknya semakin berkurang menjadi hanya 0,4% pada tahun
2023. Perlu dicatat bahwa penurunan muka tanah juga berkontribusi terhadap
terjadinya banjir rob saat gelombang tinggi dan pasang, namun aspek ini tidak
dipertimbangkan dalam studi ini.