digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Strategi pemeliharaan yang diterapkan di PLTA Tonsealama saat ini masih belum efektif, hal ini tercermin dari tingginya frekuensi gangguan pembangkit jika dibandingkan dengan pembangkit sejenis. Tingginya frekuensi gangguan tersebut berdampak pada realisasi kehilangan produksi kWh akibat gangguan sebesar 2.041.867 kWh sehingga tidak memenuhi target kehilangan produksi kWh maksimum akibat gangguan sebesar 864.000 kWh per tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap program pemeliharaan untuk meningkatkan keandalan PLTA Tonsealama. Tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan peralatan kritis berdasarkan peringkat Maintenance Priority Index. Langkah berikutnya adalah implementasi metode Reliability Centered Maintenance (RCM) II yang dijabarkan dalam RCM II Information, penyusunan strategi perawatan rekomendasi berdasarkan RCM II Decision Worksheet, penentuan interval pemeliharaan menggunakan distribusi Weibull, dan analisis biaya perawatan. Penelitian ini berhasil merumuskan strategi perawatan yang optimal untuk 6 peralatan kritis PLTA Tonsealama dan berpotensi meningkatkan keandalan PLTA Tonsealama sebesar 32,81%, yaitu dari sebelumnya 18,44% menjadi 51,26% sehingga telah memenuhi best practice dan rule-of-thumb untuk indeks keandalan sebesar 50%. Sebagai konsekuensi penerapan strategi pemeliharaan tersebut maka diperlukan penambahan jam kerja dalam setahun, dari 1.374 jam menjadi 1.506 jam kerja per orang atau 9.036 jam untuk total 6 orang tenaga kerja. Meskipun terdapat peningkatan biaya pemeliharaan sebesar Rp 168.590.000 dan potensi kehilangan pendapatan sebesar Rp 470.407.000 per tahun jika dibandingkan dengan strategi pemeliharaan aktual, strategi pemeliharaan ini diharapkan dapat mengantisipasi potensi kerugian perusahaan akibat tidak beroperasinya unit pembangkit karena gangguan peralatan sebesar Rp 2.860.967.300. Dengan demikian, rekomendasi strategi pemeliharaan ini layak untuk diimplementasikan.