Berdasarkan hasil simulasi dan perhitungan yang dilakukan, implementasi
Battery Energy Storage System (BESS) di Sistem Lombok menunjukkan
peningkatan signifikan dalam penyediaan energi yang lebih murah. Selain itu,
penerapan BESS meningkatkan load factor dari 79,88% menjadi 86%, yang
berkontribusi pada efisiensi operasi pembangkit listrik. BESS sebagai energi
arbitrase memiliki kemampuan melakukan pengisian daya (charge) pada saat beban
sistem rendah dan biaya energi pembangkit rendah, serta melakukan pelepasan
daya (discharge) saat beban sistem tinggi dan biaya energi pembangkit tinggi. Dari
sisi finansial, total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan BESS di
Sistem Lombok adalah sebesar 1,07 Triliun Rupiah. Perhitungan efisiensi biaya
energi menunjukkan nilai sebesar Rp 50 per KWH jual, yang diestimasikan
menghasilkan penghematan sebesar 132 Milyar Rupiah per tahun. Dengan
demikian, investasi ini diperkirakan akan mencapai titik impas (Break Even Point)
dalam waktu 8 tahun sejak BESS beroperasi. Di sisi lain, konsumsi bahan bakar
minyak mengalami penurunan signifikan. Hal ini disebabkan oleh tidak
beroperasinya PLTG MPP yang menggunakan biodiesel HSD B0, yang perannya
sebagai pembangkit peaker digantikan oleh BESS. Penurunan konsumsi bahan
bakar minyak ini berdampak pada penurunan fuel mix sebesar 1%. Dengan
demikian, penerapan BESS tidak hanya meningkatkan stabilitas dan efisiensi
sistem kelistrikan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan yang
signifikan.