digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam pemenuhan kebutuhan Listrik Nasional, PLTU Batu bara masih memiliki peran yang sangat penting dan krusial di tengah era transisi energi. Hal ini dikarenakan 36,85% supply energy Listrik nasional masih menggunakan PLTU Batu Bara. Tahun 2022, harga batu bara meningkat signifikan hingga tahun 2024, sehingga mengakibatkan operasional PLTU Batu Bara terganggu dan mengharuskan untuk menggunakan batu bara LRC. Salah satu contohnya adalah PLTU Ombilin yang harus mengalami derating akibat penggunaan LRC dengan komposisi blending yang belum optimal. Untuk mempermudah mendapatkan komposisi blending yang optimal, simulasi heat balance dapat digunakan melalui salah satu aplikasi yaitu GateCycle. Dalam menentukan komposisi blending yang optimum, harus mempertimbangkan beberapa constraint dari sisi kapasitas mill udara pembakaran dan gas buang. Terdapat 2 skenario dalam penentuan komposisi blending, yaitu skenario 1 dengan mode auto pada primary air fan dan skenario 2 dengan mode manual pada primary air fan. Pada skenario 1, optimasi blending supaya PLTU Ombilin dapat beroperasi 100 MW dibatasi oleh parameter tempering air temperature dan pada skenario 2, optimasi blending dibatasi oleh parameter secondary air ratio. Penggunaan methode blending batu bara akan mengakibatkan perubahan pada parameter operasi khususnya di sisi peralatan boiler. Terdapat peningkatan kebutuhan udara pembakaran akibat naiknya kebutuhan laju batu bara. Penggunaan batu bara LRC, dilain sisi akan meningkatkan nilai NPHR hingga 60,12 kkal/kwh, namun dengan harga batu bara LRC yang cenderung lebih murah dibandingkan HRC, akan berdampak pada penurunan fuel cost sebesar Rp 15,02 juta / hari.