Mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 merupakan target penting bagi semua negara yang
tergabung dalam Perjanjian Paris pada 2015 silam, yang mensyaratkan penghapusan
pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Penelitian ini membahas optimalisasi pembangkit
listrik hibrida di Nusa Penida, sebuah pulau terisolasi di Indonesia yang memiliki potensi besar
dalam pemanfaatan energi terbarukan. Dengan sumber daya terbarukan yang melimpah dan
daya tarik pariwisata yang signifikan, Nusa Penida merupakan lokasi yang ideal untuk proyek
energi berkelanjutan. Studi ini mengevaluasi konfigurasi sistem energi terbarukan yang
sepenuhnya terdiri dari panel surya PV, turbin angin, serta teknologi pembangkit energi
gelombang berbasis Oscillating Water Column (OWC) yang dikombinasikan dengan
penyimpanan energi menggunakan baterai. Hasil simulasi menunjukkan bahwa konfigurasi
paling efisien secara biaya mencakup kapasitas 65.258 kW untuk panel surya, 31.350 kW untuk
turbin angin, 2.687 kW untuk pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan sistem
OWC, dan kapasitas penyimpanan baterai sebesar 128,519 kWh. Konfigurasi optimal ini
menghasilkan biaya energi terlevelisasi (Levelized Cost of Energy/LCOE) terendah sebesar
$0,191/kWh, dibandingkan dengan simulasi sistem saat ini yang mencapai sekitar $0.485/kWh.
Perbedaan biaya tersebut cukup signifikan, disamping itu konfigurasi yang diusulkan
mengintegrasikan berbagai sumber energi terbarukan, yang memastikan kelayakan ekonomi,
peningkatan keberlanjutan, dan adanya potensi sumber energi baru terbarukan yang dapat
berperan sebagai firm capacity dalam memenuhi kebutuhan sistem. Skema konfigurasi tersebut
membutuhkan investasi awal sebesar $170 juta serta biaya operasional tahunan sebesar $2.83
juta. Dengan demikian, solusi ini merupakan pilihan yang optimal secara ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan energi di Nusa Penida.