Isu perubahan iklim merupakan permasalahan global yang melibatkan seluruh
pihak, secara spesifik telah dibahas pada kesepakatan Paris terkait upaya dan
kesepakatan seluruh negara untuk mengurangi emisi untuk menekan kenaikan suhu
bumi. PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
kelistrikan, yang memiliki andil untuk mengendalikan emisi karbon yang
dihasilkan. Salah satu upaya PT. PLN (Persero) dalam mengurangi emisi karbon
adalah dengan meingkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), yaitu
berkolaborasi dengan perusahaan lain untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) di Indonesia. PT. PLN (Persero) melalui subholdingnya juga mulai
menjual PLTS untuk penggunaan rumah atau PLTS atap, namun demikian bagi
sebagian orang yang memiliki pengetahuan atau pengalaman mungkin bukan hal
baru namun bagi masyarakat awam dapat menimbulkan pertanyaan terkait
penetrasi teknologi PLTS atap di Indonesia.
Penelitian tesis ini bertujuan untuk meneliti terkait perbandingan antara penerimaan
masyarakat Indonesia dan internal PT. PLN (Persero) terhadap penggunaan PLTS
atap di Indonesia. Perbandignan model pada kedua responden ini untuk melihat
delta variabel apa saja yang berpengaruh terkait penerimaan penggunaan PLTS
atap. Total responden yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah 179 responden
publik dan 187 responden pegawai PLN. Penelitian ini menggunakan
pengembangan model dari penelitian sebelumnya dengan model dasar Theory
Planned Behavior yang telah dikembangkan. Model tersebut memiliki 12 variabel
konstruk dengan total 43 indikator penyusun. Pengolahan data menggunakan
Partial Least Square-Structural Equation Modelling (PLS-SEM).
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi
penerimaan penggunaan PLTS atap pada masyarakat umum adalah persepsi
terhadap PLTS atap, persepsi kebermanfaatan ekonomi, persepsi kebijakan insentif
dan norma subjektif. Sementara pada responden pegawai PLN terdapat perbedaan
yaitu norma subjektif tidak menjadi faktor yang berpengaruh dan persepsi terhadap
kebermanfaatan lingkungan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan
penggunaan PLTS atap.