Terdapat beberapa titik longsor di ruas Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayuagung, KM 1+230 s.d 1+383 di Interchange Gunung Batin, Lampung, menjadi salah satu titik kritis dimana area tersebut merupakan akses masuk dari gerbang tol Gunung Batin menuju ke mainroad. Di area tersebut ketinggian timbunan 12 m dan terletak dekat sungai, kaki timbunan tersebut sering kali tergenang saat hujan. Dalam proses memahami penyebab keruntuhan lereng dilakukan uji penyelidikan tanah, terdapat sample tanah yang memiliki nilai plastisitas 22,76% dan 34,78% dimana nilai tersebut termasuk tinggi (Peck, Hanson, Thornburn, 1974). Dari nilai tersebut kemudian dilakukan uji Swelling untuk mengkonfirmasi karakteristik tanah di lokasi penelitian merupakan tanah ekspansif atau tidak, didapatkan nilai 1,278% untuk swelling potential serta 0,411 ????????/????????2 untuk swelling pressure. Sedangkan hasil uji Metylen Blue Value (MBV) didapatkan nilai Low dan Medium (Yukselen & Kaya, 2008) untuk swelling potential-nya.
Pada lokasi studi timbunan tidak terdapat data tanah eksisting, untuk mengetahui parameter tanah saat akan terjadinya longsor dilakukan langkah trial and error dengan pemodelan elemen hingga menggunakan Plaxis 2D dari parameter yang sudah ada kemudian parameter kuat geser tanah direduksi akibat pengaruh dari karakteristik tanah ekspansif hingga didapatkan nilai parameter kuat geser tanah yang terpengaruh dan bidang longsor yang menggambarkan kondisi lapangan.
Parameter tanah hasil trial and error yang menggambarkan kondisi lapangan digunakan sebagai parameter tanah untuk pemodelan elemen hingga untuk metode penanganan longsor pada lokasi penelitian. Terdapat 3 metode penanganan yang diusulkan, dinding penahan tanah beton kantilever, steel sheet pile, dan gabion. Dari hasil disimpulkan bahwa pemodelan elemen hingga didapatkan metode penanganan...