digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800



BAB 2 MOCHAMMAD FIRMANYSAH TRIPUTRA
EMBARGO  2028-01-31 


BAB 4 MOCHAMMAD FIRMANYSAH TRIPUTRA
EMBARGO  2028-01-31 

BAB 5 MOCHAMMAD FIRMANYSAH TRIPUTRA
EMBARGO  2028-01-31 


DAFTAR PUSTAKA MOCHAMMAD FIRMANYSAH TRIPUTRA
EMBARGO  2028-01-31 

LAMPIRAN MOCHAMMAD FIRMANYSAH TRIPUTRA
EMBARGO  2028-01-31 

Ketahanan pangan di Indonesia menghadapi tantangan besar, terutama dalam produksi padi yang vital untuk memenuhi kebutuhan beras nasional. Beras menjadi makanan pokok bagi 98,35% rumah tangga Indonesia, dengan konsumsi mencapai 6,5 kg per kapita per minggu pada 2024. Meski Indonesia termasuk salah satu penghasil beras terbesar dunia, penurunan luas panen dan produksi padi antara 2018–2023 menjadi perhatian. Luas panen menurun 10,23%, sementara produksi turun 8,82%, dari 59,2 juta ton menjadi 53,98 juta ton. Ketidakstabilan ini menyebabkan lonjakan impor beras, dari 0,3 juta ton pada 2017 menjadi 3,1 juta ton pada 2023. Kondisi ini menunjukkan perlunya upaya strategis untuk meningkatkan efisiensi produksi padi sebagai salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas pertanian dan memastikan keberlanjutan ketahanan pangan nasional. peningkatan efisiensi dapat dicapai melalui dua pendekatan: memaksimalkan hasil produksi dengan memanfaatkan teknologi atau meminimalkan biaya untuk mencapai output optimal. Pendekatan efisiensi biaya berfokus pada kemampuan petani memanfaatkan kombinasi input secara optimal untuk menghasilkan produksi maksimum dengan biaya minimum. Dengan pengelolaan biaya yang lebih efisien, sumber daya dapat dialokasikan secara optimal, sehingga berpotensi meningkatkan hasil produksi tanpa perlu meningkatkan biaya secara signifikan. Strategi ini juga penting karena pengurangan biaya lebih berpengaruh dalam meningkatkan keuntungan usaha tani. Penelitian ini menganalisis efisiensi biaya produksi padi di Indonesia menggunakan pendekatan stochastic frontier serta memahami faktor determinan inefisiensi biaya produksi padi. Data yang digunakan berasal dari survei Panel Petani Nasional (Patanas) 2021–2023, mencakup 982 observasi dari berbagai agroekosistem di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model fungsi biaya Cobb-Douglas untuk mengukur tingkat efisiensi biaya dan mengevaluasi pengaruh faktor sosial-ekonomi, teknologi, dan iklim terhadap inefisiensi produksi. Biaya sewa lahan berkontribusi secara signifikan dan positif terhadap total biaya produksi padi, lahan masih menjadi tantangan utama bagi petani dalam upaya meningkatkan efisiensi melalui pendekatan minimalisasi biaya, selanjutnya diikuti oleh biaya tenaga kerja, biaya pupuk, dan biaya obat-obatan. Rata-rata efisiensi biaya produksi padi adalah sebesar 79,82 %. Hal ini menunjukan bahwa masih ada ruang bagi para petani untuk melakukan praktik budidaya padi yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi biaya sebesar 20,18%, walaupun lebih dari 55% petani berada dalam kategori kelas efisiensi tinggi yaitu >80%. Model efek inefsiensi biaya menunjukan bahwa aspek sosial-ekonomi seperti umur petani bepengaruh secara signifikan dan negatif sedangkan luas lahan garapan signifikan dan berpengaruh positif terhadap tingkat inefisiensi biaya. Aspek Metode dan Budidaya Padi seperti varietas benih (inpari dan situbagendit) dan cara penanaman (tabela sebar dan alat) berpengaruh signifikan dan negatif sedangkan varietas benih (mekongga) dan sistem tanam (legowo) berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat inefisiensi biaya. Musim kemarau 1, musim kering pertama setelah musim hujan berpengaruh signifikian dan positif terhadap tingkat inefisiensi biaya.