








Studentifikasi, sebagai bentuk gentrifikasi akibat meningkatnya jumlah
mahasiswa, mengubah struktur sosial, ekonomi, dan lingkungan di Jatinangor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan dampaknya
terhadap kelayakhunian serta kualitas lingkungan permukiman di kawasan
tersebut. Pendekatan deskriptif dengan model sekuensial eksploratori digunakan,
menggabungkan analisis kualitatif melalui weighted thematic analysis dan
kuantitatif dengan Weighted Sum Model (WSM). Data kualitatif dari wawancara
mendalam mengeksplorasi perspektif penduduk lokal, mahasiswa, dan pihak
terkait, sedangkan data kuantitatif dari survei kuesioner mengungkap pola umum
di antara responden. Hasil menunjukkan tingkat kelayakhunian kawasan "cukup
layak huni" dengan skor 66,67%. Tipologi hunian mahasiswa meliputi HMO,
PBSA, dan private housing, dengan konsentrasi utama di area selatan. Tantangan
signifikan meliputi minimnya ventilasi, ruang terbuka hijau, kebisingan, risiko
kejahatan, serta pengelolaan sampah. Dampak studentifikasi juga mencakup
peningkatan ekonomi lokal, meski dominasi pengusaha luar dan kenaikan harga
tanah menekan masyarakat asli. Kesimpulannya, perencanaan kolaboratif
diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih layak, inklusif, dan
berkelanjutan. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan kebijakan kota
yang terintegrasi, dengan fokus pada pengelolaan lingkungan, kesetaraan
ekonomi, dan pembangunan infrastruktur yang berorientasi keberlanjutan.