Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di Pulau Sumatra sering menemukan kondisi eksisting pada tanah dasar yang memerlukan penanganan khusus seperti tanah lunak (tanah pasiran dan lempung lunak). Tanah lunak sering ditemui pada sepanjang tol Pekanbaru- Dumai dengan kedalaman tanah lunak bervariasi sampai dengan kedalaman 3 m – 20 m. Pada lokasi tersebut, perbaikan telah dilaksanakan menggunakan metode Dynamic Compaction. Namun setelah dilakukan pemadatan, peningkatan daya dukung tanah belum cukup untuk menahan beban layan sehingga perlu alternatif solusi yang lebih bisa memberikan kepastian dalam pengerjaan konstruksi. Perbaikan tanah (ground Improvement) adalah suatu cara untuk memperbaiki sifat mekanis tanah, seperti kuat geser, kekakuan, dan permeabilitasnya. Umum nya, perbaikan tanah dilakukan pada tanah yang sifat-sifat mekaniknya tidak memenuhi syarat untuk mendukung bangunan.
Pada studi ini akan dibahas mengenai perbaikan tanah lunak di lokasi yang memiliki karakteristik material tanah dasar yang serupa, dengan alternatif desain dengan menggunakan Rigid Inclusion dan timbunan Geotekstile per 1 m sebagai alternatif solusi untuk memperbaiki daya dukung tanah dasar dan memenuhi kriteria desain jalan tol yang aman. Dengan metode ini harapannya bisa menyelesaikan misteri desain perbaikan tanah yang tepat untuk lokasi tersebut dikarenakan rigid inclusion memiliki kemampuan meningkatkan daya dukung tanah dengan kolom yang bisa menjangkau kedalaman hingga 27 m kebawah tanah. Pada lokasi penelitian pada kedalaman sampai dengan 40 m kebawah belum ditemukan tanah keras sehingga rigid inclusion mengandalkan daya dukung yang disebabkan dari friksi pada kolom oleh kohesi tanah (c) dan daya dukung ujung tiang
Untuk Studi ini akan dilaksanakan analisis permodelan dengan Pemodelan dengan Metode Elemen Hingga (FEM) sehingga bisa dilakukan analisis dengan parameter tanah kondisi sesuai laporan penyelidikan tanah. Hasil analisis permodelan kombinasi metode Rigid Inclusion dan timbunan tanah dengan lapisan geotekstil per 1 m terjadi konsolidasi sebesar 5,62 cm selama 10 tahun dimana desain memenuhi kriteria < 10 cm selama 10 tahun sesuai syarat SNI dibandingkan dengan Timbunan dengan geotekstile (tanpa rigid inclusion) penurunan terjadi sebesar 15.56 cm > 10 cm (tidak memenuhi kriteria desain). Kombinasi metode metode Rigid Inclusion dan timbunan tanah dengan lapisan geotekstil per 1 m terbukti efektif mengurangi konsolidasi tanah. Safety Faktor kombinasi metode Rigid Inclusion dan timbunan tanah dengan lapisan geotekstil sebesar 1.8 >1,5 yang disyaratkan. Metode ini juga efektif menghasilkan peningkatan daya dukung tanah yang lebih signifikan sebesar +75% lebih tinggi daripada timbunan tanpa menggunakan Rigid Inclusion.