digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Danau Tempe merupakan salah satu danau yang termasuk dalam daftar Danau Prioritas Nasional berdasarkan Peraturan Presiden No. 60 Tahun 2021. Danau ini memiliki nilai strategis dari segi ekonomi, ekologi, sosial budaya, dan ilmu pengetahuan, namun menghadapi berbagai tekanan lingkungan, termasuk degradasi daerah tangkapan air, sedimentasi, dan banjir tahunan. Fenomena banjir tahunan yang sering terjadi di Danau Tempe memberikan dampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat dan lingkungan sekitar. Penurunan kualitas lingkungan dan peningkatan sedimen masuk ke danau dari tahun ke tahun mengakibatkan penurunan kapasitas tampungan air dan tingginya risiko banjir di wilayah sekitar, khususnya di daerah hilir yang dipengaruhi oleh luapan Sungai Cenranae. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi daerah tangkapan air (DTA) Danau Tempe, mengidentifikasi faktor-faktor hidrologi yang memengaruhi pola banjir, serta menyusun strategi mitigasi berbasis mikro zonasi sebagai solusi pengurangan risiko banjir. Kajian ini mencakup analisis hidrologi, hidraulika, serta pemetaan risiko banjir berdasarkan data topografi, tutupan lahan, hujan, dan kawasan genangan banjir. Berdasarkan simulasi hidrologi yang dilakukan terdapat hubungan antara curah hujan harian dan kejadian banjir di Danau Tempe berdasarkan data historis. Banjir signifikan tercatat pada tahun 2002, 2013, dan 2018, dengan tahun 2002 sebagai kejadian paling ekstrem. Pada tahun tersebut, curah hujan tinggi menyebabkan elevasi air maksimum mencapai +10,15 m, menjadikannya referensi utama dalam kalibrasi parameter DTA hidrologi Danau Tempe. Selanjuntnya simulasi hujan untuk kejadian Mei 2002 dilakukan menggunakan dua metode, yaitu SCS UH dan Snyder UH, untuk memahami pola aliran dan potensi banjir dengan 2 metode transform. Pemilihan metode transform hydrograph dilakukan kalibrasi dengan debit tertinggi yang tercatat pada 26 Juli 2010 di Sungai Walanae Mong (1.355,4 m³/s) dan Sungai Tanruntendong (129,51 m³/s) menunjukkan metode SCS UH lebih mendekati dalam kalibrasi debit. Berdasarkan hasil debit metode SCS dilakukan pemodelan menggunakan HEC-RAS menggunakan model Storage Coupling 2D-1D untuk mendapatkan peta genangan banjir yang selanjutnya dilakukan analisis risiko dan menghasilkan peta risiko banjir. Perhitungan peta risiko banjir mengacu kepada Peraturan Kepala BNPB Tahun 2012 dengan melakukan modifikasi pada indeks ancaman dengan menggunakan metode Mani.et.all yang merupakan fungsi dari kedalaman, waktu durasi, dan kecepatan dalam penentuan indeks parameter bahaya. Hasil penelitian ini akan memberikan rekomendasi strategi mitigasi yang meliputi pembagian zona berdasarkan tingkat risiko banjir, infrastruktur terdampak banjir guna untuk mengurangi dampak banjir. Dengan menggunakan pendekatan struktural dan nonstruktural, diharapkan strategi mikro zonasi dapat mendukung keberlanjutan ekosistem Danau Tempe serta meningkatkan aktivitas dan produktivitas masyarakat di sekitarnya.