digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Seiring dengan perkembangan pesat jaringan jalan tol di Indonesia, risiko kecelakaan dan kewajiban finansial yang terkait juga meningkat. Meskipun infrastruktur telah mengalami kemajuan, kecelakaan di jalan tol masih menyebabkan kerugian finansial yang signifikan dan mendorong banyak individu ke dalam ketidakstabilan ekonomi. Layanan asuransi saat ini memberikan perlindungan yang terbatas, meninggalkan celah terutama untuk kecelakaan tunggal dan kerusakan infrastruktur. Dengan hanya sebagian kecil kendaraan yang diasuransikan, underinsurance menjadi isu yang krusial. Untuk mengatasi tantangan ini, PT Jasaraharja Putera mengusulkan asuransi jalan tol wajib yang menawarkan cakupan lebih luas bagi pengguna jalan tol. Penelitian ini mengkaji kelayakan produk tersebut dengan mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi persepsi kebutuhan asuransi jalan tol, termasuk persepsi risiko keselamatan, sikap terhadap asuransi, kepercayaan pada institusi, sensitivitas harga, dan perilaku perjalanan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa persepsi risiko keselamatan, sikap yang positif terhadap asuransi, dan kepercayaan pada institusi secara signifikan mendorong kebutuhan yang dirasakan terhadap asuransi jalan tol, sejalan dengan Teori Motivasi Perlindungan oleh Kahneman dan Tversky (1979) yang menekankan persepsi risiko dan kepercayaan sebagai motivator perilaku protektif. Bertentangan dengan ekspektasi, sensitivitas harga juga menunjukkan hubungan positif dengan kebutuhan yang dirasakan, menunjukkan bahwa individu yang sensitif terhadap harga mungkin melihat asuransi jalan tol sebagai solusi yang hemat biaya, sejalan dengan Teori Prospek oleh Rogers (1975) yang menyoroti peran aversi terhadap kerugian dalam pengambilan keputusan. Analisis moderasi menyoroti peran perilaku perjalanan, di mana pengguna jalan tol yang sering justru memiliki persepsi kebutuhan asuransi yang lebih rendah karena familiaritas mereka dengan jalan tol mengurangi pengaruh risiko keselamatan dan kepercayaan institusi. Temuan ini mendukung studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa pengguna yang sering cenderung meremehkan nilai layanan tambahan karena faktor kebiasaan. Meskipun kebutuhan yang dirasakan terhadap asuransi jalan tol secara umum tinggi, perbedaan regional menyoroti variasi dalam persepsi dan sikap, yang kemungkinan mencerminkan pola perjalanan, tingkat kepercayaan, dan sikap budaya terhadap perlindungan finansial yang berbeda-beda. Hasil ini menegaskan perlunya strategi yang disesuaikan untuk mendorong adopsi asuransi jalan tol. Upaya pemasaran sebaiknya menekankan manfaat keamanan yang nyata dan efektivitas biaya dari asuransi jalan tol untuk menarik pengguna yang sensitif terhadap harga. Membangun kepercayaan melalui proses klaim yang transparan dan kolaborasi dengan operator tol dapat meningkatkan kredibilitas institusional, yang merupakan pendorong utama kebutuhan yang dirasakan. Dengan mengatasi faktor-faktor ini dan memanfaatkan wawasan teoretis, asuransi jalan tol dapat diposisikan sebagai jaring pengaman finansial yang vital bagi jaringan jalan tol yang terus berkembang di Indonesia, sehingga berkontribusi pada peningkatan keamanan finansial dan keselamatan publik.