digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebagai wilayah yang terletak dalam segitiga terumbu karang, Raja Ampat telah menarik perhatian global yang signifikan karena keanekaragaman hayatinya yang kaya dan pemandangan yang menakjubkan. Pulau Misool, yang merupakan salah satu dari empat pulau terbesar di Raja Ampat, terletak di selatan ibu kota kabupaten dengan akses yang cukup terbatas. Potensi luar biasa Raja Ampat, terutama Misool, adalah keindahan alam bahari dan mangrovenya, yang apabila dikelola dengan bijaksana maka dapat berkontribusi pada kesejahteraan penduduk setempat dengan tetap terjaga kelestariannya. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan mengelola tujuan pariwisata berbasis desa/kampung. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis klasifikasi dan potensi pariwisata di sekitar Kampung Gamta dan Magey, Misool, Raja Ampat, (2) Menganalisis peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan pariwisata di sekitar kampung, (3) Menentukan dan menganalisis kekuatan dan kelemahan faktor internal dan eksternal dalam pengembangan desa wisata, dan (4) Merumuskan strategi pengembangan untuk desa wisata Gamta dan Magey, Misool, Raja Ampat. Klasifikasi dan potensi pariwisata diperoleh dari diskusi kelompok fokus dengan Kelompok Sadar wisata (Pokdarwis) di Kampung Gamta dan Magey, Misool, serta wawancara dengan masyarakat setempat. Peran pemangku kepentingan dipetakan berdasarkan tingkat minat dan pengaruh, serta menganalisis keterlibatan warga desa dalam pariwisata. Selain itu, matriks faktor internal dan eksternal (IFAS dan EFAS) dirumuskan berdasarkan potensi biofisik pariwisata dan pemangku kepentingan menggunakan hasil observasi dan analisis data pada penelitian ini. Selanjutnya, strategi dirumuskan menggunakan metode SWOT-QSPM. Hasil identifikasi potensi wisata di Kampung Gamta dan Magey antara lain wisata memancing, Air Terjun Malol, kuliner tradisional, kerajinan tangan, menyelam, hutan mangrove, tradisi dan budaya kampung, dan pengamatan burung. Berdasarkan observasi dan penilaian, pengembangan desa wisata bersifat menuju desa wisata rintisan dengan nilai 2,75 dari nilai total 4. Dari hasil wawancara, sebanyak 72,95% dari 24 masyarakat memiliki keterlibatan aktif ditinjau dari pengetahuan tentang wisata Raja Ampat yang mendunia dan pengalaman keterlibatan dalam kegiatan pariwisata. Teridentifikasi lima aktor kunci (key player) yaitu Disparda Raja Ampat, Bappeda Raja Ampat, Pokdarwis Kampung Gamta, Pokdarwis Kampung Magey, dan perguruan tinggi (ITB), serta satu subyek (subject) yaitu mitra swasta (Lalelkai Nature Lodge) dalam pengembangan desa wisata di Kampung Gamta dan Magey. Faktor internal yang diidentifikasi bernilai 2.95 (rata-rata) dan faktor eksternal bernilai 3.59 (tinggi), yang berarti berdasarkan penilaian tersebut strategi yang dibangun adalah strategi tumbuh dan bina, sesuai dengan kondisi desa wisata di Kampung Gamta dan Magey masih dalam tahap awal atau inisiasi. Adapun strategi pengembangan desa wisata berkelanjutan di Kampung Gamta dan Magey mencakup 1) Memperkenalkan desa wisata Kampung Gamta dan Magey melalui media sosial, 2) Pelatihan dan pendampingan Pokdarwis Kampung Gamta dan Magey terkait perlindungan ekosistem dan daya tarik wisata alam, 3) Kolaborasi antar aktor dalam mengembangkan desa wisata, 4) Pelatihan pengembangan produk wisata untuk masyarakat setempat, 5) Pendampingan Pokdarwis Gamta dan Magey hingga mandiri dalam pengelolaan desa wisata, 6) Melibatkan seluruh masyarakat kampung dalam pembangunan pariwisata, 7) Mengembangkan wisata berlandaskan kearifan lokal, dan 8) Membuat diversifikasi paket wisata sesuai dengan musim setempat.