digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Adhi Priyo Dwiarso
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan

BAB 1 Adhi Priyo Dwiarso
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan

BAB 2 Adhi Priyo Dwiarso
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan

BAB 3 Adhi Priyo Dwiarso
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan

BAB 4 Adhi Priyo Dwiarso
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan

BAB 5 Adhi Priyo Dwiarso
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan

PUSTAKA Adhi Priyo Dwiarso
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza Ringkasan

Industri semen biasanya memiliki izin untuk menggunakan bahan bakar alternatif. Ada banyak jenis Bahan Bakar Alternatif yang dapat digunakan dalam semen, seperti: Biomassa, RDF, dan Limbah Ban. PT. West Java Cement Pabrik Narogong memiliki target untuk meningkatkan pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif sebesar 25% pada tahun 2030. PT. West Java Cement mengidentifikasi tiga proyek, yaitu RDF, Biochar, dan Waste Tire Pyrolisi Oil. PT. West Java Cement harus menentukan prioritas alternatif terbaik dari tiga proyek tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan alternative terbaik dari tiga proyek yang telah diidentifikasi Studi ini mengidentifikasi tiga proyek bahan bakar alternatif potensial: pirolisis limbah ban, fasilitas biochar untuk konversi biomassa, dan fasilitas bahan bakar yang berasal dari limbah (RDF). Dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil konvensional dan meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif di tungku semen, proyek-proyek ini berharap dapat meningkatkan kinerja keuangan dan lingkungan. Pemilihan Proyek dilakukan dengan Metode Pembobotan Rata-Rata dengan menggunakan aspek finansial dan emisi CO2. Fasilitas Pirolisis untuk Limbah Ban: Pirolisis adalah proses perlakuan termal lanjutan yang mengubah limbah, seperti ban dan plastik, menjadi produk sampingan berharga seperti minyak pirolisis dan karbon hitam, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam produksi semen. Kapasitas pengolahan fasilitas ini adalah 240 ton limbah per hari. Analisis keuangan menunjukkan bahwa proyek pirolisis (NPV) tertinggi sebesar 72,283 miliar IDR, (IRR) sebesar 43%, dan (ROI) sebesar 284%, dengan periode pengembalian sekitar 3 tahun. Proyek ini juga menunjukkan ketahanan dalam menghadapi skenario ekonomi yang pesimis, menjadikannya pilihan yang paling layak secara finansial. Fasilitas Biochar: Proyek ini melibatkan pengubahan limbah pertanian, seperti sekam padi dan sekam kopi, menjadi biochar, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar di tungku semen. Fasilitas ini memproses 240 ton biomassa per hari dan memproduksi 84 ton biochar, bersama dengan produk sampingan seperti cuka kayu dan minyak tar. Secara finansial, proyek biochar ini menunjukkan NPV sebesar 24,624 miliar IDR, IRR sebesar 23%, dan ROI sebesar 135%, dengan periode pengembalian investasi selama iv 5 tahun. Meskipun secara finansial layak, proyek biochar memiliki biaya operasional yang lebih tinggi karena penggunaan bahan bakar tradisional selama proses pengeringan biomassa. Fasilitas RDF: RDF melibatkan pengolahan limbah padat perkotaan (MSW) menjadi bahan bakar melalui pemilahan, penghancuran, dan pengeringan biologis. Fasilitas RDF memproses 240 ton limbah setiap hari dan menghasilkan 144 ton RDF untuk digunakan di tungku semen. Analisis keuangan menunjukkan bahwa RDF memiliki NPV sebesar 40,329 miliar IDR, IRR sebesar 27%, dan ROI sebesar 212%, dengan periode pengembalian investasi selama 5 tahun. Meskipun RDF adalah opsi yang layak, proyek ini lebih sensitif terhadap fluktuasi biaya dalam pengadaan dan pengolahan limbah. Studi ini menerapkan matriks penilaian berbobot untuk menilai kelayakan setiap proyek berdasarkan indikator ekonomi, sosial, teknis, dan lingkungan. Proyek pirolisis muncul sebagai opsi terbaik, dengan skor tertinggi karena kinerja keuangannya yang kuat dan kemampuannya untuk menggantikan bahan bakar tradisional secara efektif. RDF menduduki peringkat kedua karena biaya operasionalnya yang lebih rendah dan potensi konversi limbah menjadi energi yang menjanjikan, sementara proyek biochar, meskipun layak, menduduki peringkat lebih rendah karena biaya yang lebih tinggi dan kontribusi TSR yang lebih rendah.