Polivinil klorida (PVC) merupakan polimer serbaguna dengan volume terbesar
ketiga dunia dan termasuk termoplastik tertua. PVC memiliki banyak jenis yang
digunakan dalam aplikasi yang berbeda disesuaikan dengan ukuran partikel dan
nilai-k. PVC mudah diproses dan diolah, dapat diatur tingkat kekerasannya, dan
tidak mudah pecah. Akan tetapi, polimer ini mudah rusak oleh panas. Degradasi
termal pada PVC, disebut dehidroklorinasi, terjadi karena keberadaan atom klorida
labil, yaitu alilik dan tersier. Atom klorida alilik terbentuk ketika reaksi polimerisasi
dihentikan sedangkan atom klorida tersier terbentuk ketika proses polimerisasi
beserta pembentukan cabang. Pemanasan PVC menyebabkan atom klorida labil
dalam rantai panjang PVC lepas menjadi HCl dan menghasilkan atom klorida baru.
HCl yang terbentuk menjadi katalis untuk reaksi degradasi berikutnya.
Dehidroklorinasi menyebabkan perubahan warna dan penurunan kekuatan mekanik
yang menurunkan kinerja dan mempersingkat masa pakai PVC. Stabilisator
ditambahkan pada resin PVC untuk menangkal dehidroklorinasi selama
pencetakan. Stabilisator campuran logam organik, Ca/Zn karboksilat, merupakan
stabilisator yang sering digunakan di industri dan merupakan alternatif stabilisator
basis timbal yang mulai dilarang karena tidak ramah lingkungan. Stabilisator Ca/Zn
memiliki efek pembakaran seng yang menyebabkan stabilitas jangka panjangnya
kurang baik. Dalam bekerjanya, stabilisator campuran logam ditambah kostabilator
untuk meningkatkan efek stabilisasi.
Pentaeritritol (PE) merupakan ko-stabilisator yang populer. Kelebihannya adalah
hemat biaya, daya tahan warna yang baik, dan memiliki stabilitas termal jangka
panjang yang baik. Kinerja PE tidak terlepas dari banyaknya gugus hidroksil yang
dimiliki. Kelemahan PE adalah berwujud padat pada temperatur pencetakan PVC
karena memiliki titik leleh yang tinggi. Wujud padat menyulitkan distribusi dan
memperlambat laju reaksi stabilisasi. Konversi PE menjadi bentuk monoester
merupakan salah satu solusi untuk menurunkan titik leleh namun tetap menjaga
keberadaan gugus hidroksil sehingga peran ko-stabiliser dapat dipertahankan.
Penelitian ini berfokus pada sintesis PE monoester sebagai ko-stabilisator dalam
sistem stabilisator campuran logam (Ca/Zn-karboksilat). Distilat asam lemak sawit
atau palm fatty acid distillate (PFAD) digunakan sebagai sumber asam karboksilat.
Variasi sintesis monoester meliputi suhu reaksi, rasio molar PFAD terhadap PE,
pengaduk, dan katalis. Produk dikarakterisasi melalui analisis FTIR, angka asam,
angka iodin, dan angka hidroksil. Efek sebagai ko-stabilisator dievaluasi melalui
uji statik dan dinamik dengan menggunakan kalsium/seng stearat sebagai
stabilisator campuran logam. Penelitian ini menemukan bahwa kondisi operasi
optimal untuk proses esterifikasi adalah pada suhu 150°C, dengan rasio molar
PFAD terhadap PE sebesar 1:4, menggunakan overhead stirrer sebagai pengaduk,
dan katalis H2SO4. Kondisi ini menghasilkan produk yang homogen dengan
perolehan 30,6%, angka asam rendah sebesar 2,2 mg KOH/g, angka iodin 29,7 g
I2/100 g, angka hidroksil 59,3 mg KOH/g, serta peningkatan waktu induksi sebesar
243,1% dan waktu stabilitas sebesar 266,3%.