digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan permakultur yang diinisiasi oleh Bill Mollison dan David Holmgren pada tahun 1970-an merupakan solusi yang menarik dalam merespon kerusakan lingkungan dan aspek sosial akibat Revolusi Hijau. Perkembangan permakultur di Indonesia masih lambat dalam menghadapi tantangannya yaitu, pendidikan, lingkungan dan ekonomi. Terdapat salah satu pusat pengembangan permakultur di Bandung, Jawa Barat, yaitu Rumah Kayu Permakultur Bandung (RKP) di Desa Padaasih, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Penerapan sistem permakultur sudah dilakukan sebagai pola hidup sehat dalam skala rumah tangga sejak tahun 2010, menunjukkan kehidupan yang bersinergi dengan alam secara lokal. Pada penelitian ini dilakukan studi kasus di lokasi tersebut pada tahun 2023. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi penerapan prinsip permakultur sebagai desain sistem pertanian berkelanjutan, menganalisis manfaat model permakultur, dan menentukan strategi pengembangan model permakultur sebagai sistem pertanian berkelanjutan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yang diolah berdasarkan hasil observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka. Penentuan strategi pengembangan model permakultur sebagai desain sistem pertanian berkelanjutan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Teknik pengambilan responden secara sensus sebanyak tujuh orang yang terdiri dari pemilik, pegawai, dan relawan. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya implementasi dari penerapan etika dan prinsip permakultur di RKP melalui kegiatan produksi, edukasi, dan wisata. Kegiatan produksi memenuhi dua belas prinsip permakultur yang dapat mendukung kegiatan edukasi dan wisata sehingga menciptakan kemandirian pangan, penggunaan sumber daya alam yang efektif, dan peningkatan pendapatan. Hasil identifikasi penerapan prinsip permakultur yang diterapkan di RKP yaitu: ? Prinsip ke-3 (peroleh hasil), menunjukkan adanya kegiatan suatu sistem produksi yang dapat menghasilkan kebutuhan hidup melalui kegiatan budidaya pertanian organik dan unit usaha menjual barang dan jasa; ? Prinsip ke-4 (pengaturan mandiri dan terima umpan balik), menunjukkan adanya kegiatan yang mampu berkembang dari sebuah sistem yang dapat dikendalikan secara mandiri melalui kegiatan program edukasi dan wisata; ? Prinsip ke-5 (menggunakan dan menghargai sumber daya terbarukan), menunjukkan adanya kegiatan yang mampu memaksimalkan sumber daya energi menjadi energi terbarukan melalui pembuatan arang aktif hayati (biochar); ? Prinsip ke-7 (desain pola ke detail), menunjukkan adanya kegiatan sebuah sistem yang didesain berdasarkan pola secara alami yang lebih spesifik melalui sistem zonasi dan sistem budidaya pertanian secara polikultur dengan metode raised bed dan ? Prinsip ke-9 (menggunakan solusi kecil dan lambat), menunjukkan adanya kegiatan yang merespon perubahan menggunakan sumber daya lokal sederhana dengan hasil jangka panjang melalui adanya biopori di berbagai titik area. Penerapan prinsip permakultur di RKP menunjukkan adanya manfaat secara ekologi yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan keanekaragaman hayati sebagai indikator kesehatan lingkungan, manfaat sosial ditunjukkan dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan keluarga serta manfaat ekonomi menunjukkan adanya unit usaha penjualan produk organik dan jasa sebagai peningkatan pendapatan. Berdasarkan hasil analisis SWOT menunjukkan adanya delapan strategi alternatif dalam pengembangan model permakultur yang dikelompokkan menjadi tiga aspek pengembangan permakultur yaitu aspek produksi, aspek edukasi, dan aspek wisata sebagai desain sistem pertanian berkelanjutan. Strategi ke-1, memanfaatkan peningkatan prospek pemasaran produk organik dengan berperan aktif di media informasi digital. Strategi ke-2, meningkatkan kesadaran pelestarian lingkungan melalui program wisata edukasi yang interaktif. Strategi ke-3, pengembangan inovasi produk kit pertanian praktis yang tersedia dalam paket yang bervariasi sesuai kebutuhan. Strategi ke-4, membuka kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan melalui pengalaman langsung di lapangan terkait aktivitas mendukung pelestarian lingkungan. Strategi ke-5, melaksanakan kemitraan yang partisipatif untuk menghasilkan produk diversifikasi. Strategi ke-6, melakukan kegiatan kemasyarakatan yang partisipatif untuk meningkatkan kesadaran pelestarian lingkungan. Strategi ke-7, membangun komunitas pertanian yang berdaya. Strategi ke-8, melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan aktivitas permakultur untuk meningkatkan kesadaran peduli lingkungan.