digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - HUMAIDI
PUBLIC Open In Flip Book Irwan Sofiyan

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Lamong merupakan bagian dari satuan wilayah sungai (SWS) Bengawan Solo yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Lamongan dan Mojokerto untuk DAS bagian hulu, Kabupaten Gresik dan Kodya Surabaya untuk DAS bagian hilir. DAS Kali Lamong bagian hulu merupakan daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan di beberapa tempat yang berfungsi sebagai penampung air. Di daerah ini sebagian lahannya berupa hutan jati muda dan persawahan yang ada berupa tanaman palawija dan tembakau dengan irigasi non teknis (tadah hujan). Kali Lamong termasuk kategori sungai intermitten dimana pada musim hujan (November – April) debit aliran cukup besar, sedangkan pada musim kemarau (Mei – Oktober) base flow sungai dibagian hilir hampir tidak ada atau nol. Penampang sungai relatif datar dan membentuk meander, terutama dibagian hilir sungai yang berada diantara desa Jono dan Gandong. Tebing tanggul sungai banyak mengalami longsor terutama pada sungai bagian tengah, sehingga penampang sungai tampak relatif lebar dan cenderung datar, dengan lebar penampang rata-rata dibagian hulu dan hilir masing-masing sekitar 20,00 m dan 80,00 m. Desa Jono merupakan salah satu area terdampak banjir akibat luapan debit banjir Kali Lamong bagian hilir. Kondisi Sungai Lamong Ruas Desa Jono kondisi saat ini pada palung sungai mengalami sedimentasi dan tanggul sungai eksisting mengalami erosi setiap tahunnya pada saat puncak debit banjir sehingga membuat debit sungai melimpas ke permukiman, lahan pertanian dan tambak masyarakat. Pengendalian Banjir Kali Lamong telah dilaksanakan dari tahun 2013 hingga sampai tahun 2024 masih proses penanganan yang dilakukan secara bertahap dengan membangun Tanggul Tanah, Pemasangan CCSP sebagai Dinding Penahan Tanah dan Parapet Wall. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh pembangunan tanggul sungai berupa parapet wall terhadap pengendalian banjir dan tansport sedimen di Sungai Lamong. Kemudian dibandingkan dengan penanganan alternatif menggunakan Pentapod Dyke. Analisis ini dilakukan menggunakan perangkat lunak HEC RAS 1D dan 2D. Data yang dimasukkan pada perangkat lunak HEC-RAS antara lain data topografi atau DEM hasil pengukuran, data debit, dan data sedimen. Pemodelan alternatif penanganan pada penelitian ini tidak memperhitungkan faktor stabilitas regime sungai, stabilitas bangunan keairan, serta permasalahan sosial dan ekonomi. Skenario pemodelan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pemodelan Pasang Surut, pemodelan banjir dan pemodelan transport sedimen. Pemodelan pasang surut dengan menggunakan debit banjir Q2 dan Q25 bertujuan untuk menganalisis pengaruh pasang surut di Sungai Lamong Ruas Desa Jono, dari hasil simulasi tidak terjadi pengaruh terhadap lokasi sungai yang ditinjau, karena air laut hanya masuk di bagian muara sungai. Hal ini disebabkan oleh tingginya debit banjir yang terjadi di Sungai Lamong. Pemodelan banjir bertujuan untuk menganalisis efektifitas tanggul sungai eksisting, parapet wall dan pentapod dyke. Hasil simulasi pemodelan banjir dengan debit banjir Q2 bahwa tanggul eksisting Sungai Lamong Ruas Desa Jono mengalami limpasan banjir dari sungai sedangkan untuk simulasi menggunakan parapet wall dan pentapod dyke dengan top elevasi +5,3 m tidak terjadi limpasan. Namun, untuk simulasi debit banjir Q25 terjadi limpasan banjir di semua simulasi. Pemodelan transport sedimen bertujuan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan pada saat debit banjir Q25 terhadap morfologi sungai. Hasil simulasi kondisi eksisting terjadi sedimentasi di dasar sungai dan terjadi erosi di tanggul sungai. Hasil simulasi menggunakan parapet wall atau pentapod dyke terjadi sedimentasi di dasar sungai dan tanggul sungai yang direncanakan direncanakan aman dari gerusan namun terjadi sedimentasi di sisi tanggul. Rekomendasi penanganan banjir pada Sungai Lamong disarankan untuk melakukan peninggian tanggul ke elevasi + 6,41 m mengingat Sungai Lamong dekat dengan permukiman dan Kota Surabaya, serta alternatif penggunaan pentapod dyke dalam hal inovasi untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan menurunkan biaya pekerjaan.