Abstrak - Shafarina Wahyu Trisyanti
PUBLIC Irwan Sofiyan
COVER Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Shafarina Wahyu Trisyanti
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Kota cerdas saat ini menjadi salah satu tujuan dari pembangunan dan pengembangan kota dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengelola aset kota, salah satunya adalah bangunan. Di Indonesia sendiri, saat ini sudah ada beberapa kota yang sedang membangun sistem kota cerdas, seperti Jakarta, Bandung, dan Cirebon. Untuk mempermudah proses tersebut diperlukan suatu model digital yang merepresentasikan objek pada lingkungan nyata secara tiga dimensi (3D) dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi. Model digital kota dapat disimpan dalam sistem Building Information Modeling (BIM) atau Sistem Informasi Geografis 3D (SIG 3D). BIM dan SIG memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga diperlukan integrasi keduanya untuk dapat dimanfaatkan dalam pemodelan kota.
Model kota dapat dimanfaatkan sebagai perangkat/alat bantu pemerintah daerah dalam pengendalian pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung. Namun saat ini data yang banyak digunakan oleh pemerintah sebagai acuan untuk pengawasan dan pemeliharaan berupa peta dua dimensi (2D) dengan informasi ketinggian tanah (kontur) yang memiliki keterbatasan informasi. Selain itu, peta 2D tersebut masih memiliki perbedaan antar-instansi dan tidak diperbarui secara berkala. Hal tersebut dapat menghambat pelayanan masyarakat, salah satunya terkait dengan perizinan. Oleh karena itu diperlukan pemanfaatan model digital bangunan dan peta kota untuk pengawasan dan pemeliharaan kota. Untuk melakukan pengawasan bangunan dan tata lingkungan diperlukan peta kota (model 3D kota) yang memiliki informasi geometrik, semantik, topologi dan tampilan yang baik, sehingga diperlukan integrasi model bangunan dan kota. Model bangunan juga dapat digunakan untuk melakukan analisis spasial dalam melakukan evaluasi bangunan. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun standar model digital bangunan dan peta kota dalam pembangunan dan pengkajian teknis bangunan gedung. Model digital tersebut dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, dalam penelitian ini adalah evaluasi bangunan dan tata lingkungan. Untuk keperluan evaluasi dan tata lingkungan diperlukan peta kota dengan model bangunan yang memiliki tingkat perincian tinggi. Daerah kajian yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kawasan, yaitu Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon dan Kelurahan Cipageran-Cimahi. Namun terdapat tiga objek bangunan yang dikaji, yaitu Gedung KOICA, Rumah Pangeran Arya Denda, dan Toko Elizabeth.
Dalam penelitian ini dilakukan pembangunan model konseptual standardisasi peta 3D sesuai dengan profil Indonesia. Selain itu, dibangun model digital bangunan dan lingkungan yang dapat digunakan untuk evaluasi bangunan dan tata lingkungan dalam struktur model CityGML. Model digital yang dibangun kemudian dipakai untuk melakukan evaluasi keandalan bangunan dan evaluasi tata bangunan dan lingkungan berdasarkan peraturan yang ada menggunakan analisis spasial 3D, selain itu juga dimanfaatkan dalam memperbarui peta kota untuk keperluan perencanaan dan pengawasan kota. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memudahkan dalam melakukan proses evaluasi bangunan, sehingga mempermudah dan mempercepat pelayanan masyarakat oleh instansi pemerintahan yang merupakan salah satu capaian dalam konsep kota cerdas dalam aspek tata kelola pemerintahan. Selain itu, integrasi antara peta kota dan model bangunan digunakan untuk melakukan perbaruan peta kota tersebut.