ALMA TYARA SIMBARA
PUBLIC Latifa Noor
ALMA TYARA SIMBARA
EMBARGO  2027-08-02 
EMBARGO  2027-08-02 
ALMA TYARA SIMBARA
EMBARGO  2027-08-02 
EMBARGO  2027-08-02 
ALMA TYARA SIMBARA
EMBARGO  2027-08-02 
EMBARGO  2027-08-02 
ALMA TYARA SIMBARA
EMBARGO  2027-08-02 
EMBARGO  2027-08-02 
ALMA TYARA SIMBARA
EMBARGO  2027-08-02 
EMBARGO  2027-08-02 
ALMA TYARA SIMBARA
EMBARGO  2027-08-02 
EMBARGO  2027-08-02 
ALMA TYARA SIMBARA
PUBLIC Latifa Noor
Kulit adalah lapisan terluar organisme yang melindungi tubuh dari faktor eksternal
seperti virus, bakteri, dan radiasi. Selain itu, kulit memiliki berbagai sensor yang
membantu meregulasi suhu tubuh dan mensintesis vitamin D. Secara keseluruhan,
kulit adalah organ vital yang berperan dalam menjaga kesehatan tubuh. Oleh karena
itu, integritas kulit harus dirawat dan dijaga. Saat ini, banyak penelitian yang
menyoroti penggunaan bahan alami seperti PHB (Poli-(R)-3-hidroksibutirat),
ektoin (2-metil-1,4,5,6-tetrahidropirimidin-4-karboksilat), dan rhamnolipid dalam
produk perawatan kulit. PHB, yang merupakan biopolimer yang diproduksi oleh
bakteri, dikenal mampu melindungi kulit dari radiasi UVB. Ektoin dapat
menghidrasi dan mencegah iritasi kulit, sementara rhamnolipid, yang merupakan
biosurfaktan, berfungsi sebagai agen antibakteri. Ketiga senyawa ini telah terbukti
aman digunakan karena tidak toksik terhadap sel-sel kulit. Dengan
mempertimbangkan manfaat masing-masing senyawa, tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan formulasi berbasis PHB, ektoin, dan rhamnolipid yang
berfungsi sebagai anti-iritasi, anti-UVB, dan antibakteri. Dalam penelitian ini, PHB
dan ektoin diikatkan secara kovalen hingga membentuk mikropartikel PHB-ektoin
(MP PHB-ektoin), sementara rhamnolipid ditambahkan dalam formulasi sebagai
pendispersi MP PHB-ektoin, sehingga membentuk mikrofluida. Dengan cara ini,
diharapkan fungsi masing-masing senyawa tetap terjaga dan tidak saling
mengganggu dalam formulasi tersebut.
PHB dan ektoin diikatkan menggunakan agen pengikat silang EDC (1-etil-3-(3
dimetilaminopropil) karbodiimida), yang berfungsi untuk membantu pembentukan
ikatan amida antara gugus karboksilat pada PHB dan gugus amina pada ektoin.
Keberhasilan proses pengikatan ini dapat dilihat dari karakteristik fisikokimia
mikropartikel yang dihasilkan. Analisis menggunakan FTIR menunjukkan bahwa
spektrum MP PHB-ektoin memuat puncak serapan khas dari PHB dan ektoin,
seperti serapan pada 1738 cm-1 yang menandakan keberadaan gugus karbonil ester
dari PHB, serta serapan pada 1290 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus amina
dari ektoin. Selain itu, terdapat serapan tambahan pada 1663 cm-1 yang
mengonfirmasi terbentuknya ikatan amida antara PHB dan ektoin. Selanjutnya,
analisis morfologi dan komposisi dengan SEM-EDS dan TEM mengungkapkan
bahwa MP PHB-ektoin memiliki bentuk bulat dengan dua lapisan yang berbeda,
yaitu lapisan dalam dan lapisan luar dengan komposisi unsur 95,17% massa karbon,
4,41% massa oksigen, dan 0,41% massa nitrogen. Ukuran mikropartikel ini adalah
1,28 ± 0,61 µm saat terdispersi dalam air, dan 0,53 ± 0,23 µm saat terdispersi dalam
rhamnolipid, dengan muatan permukaan -61,47 ± 0,64 mV pada pH 7. Aktivitas
anti-iritasi, anti-UVB, dan antibakteri dari MP PHB-ektoin yang diformulasikan
dengan rhamnolipid menunjukkan bahwa ketiga senyawa ini bekerja secara sinergis
tanpa saling mengganggu. Mikropartikel dengan konsentrasi 1% (b/v) mampu
melindungi 96,77% protein zein dari denaturasi yang disebabkan oleh surfaktan
sintetis (SDS), dan 96,55% dari denaturasi yang disebabkan oleh biosurfaktan
(rhamnolipid). Uji anti-UVB menunjukkan bahwa MP PHB-ektoin memiliki nilai
SPF 5,64 ± 0,30, dengan perlindungan UVB mencapai 82,3%. Sedangkan,
mikrofluida yang mengandung rhamnolipid-MP PHB-ektoin memiliki nilai SPF
5,06 ± 0,24 dan perlindungan UVB sebesar 80,2%. Sebagai tambahan, pengujian
antibakteri menunjukkan bahwa MP PHB-ektoin tidak memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Gram negatif Escherichia coli (E. coli) maupun bakteri
Gram positif Staphylococcus aureus (S. aureus). Di sisi lain, rhamnolipid
menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih efektif terhadap S. aureus
dibandingkan E. coli. Rhamnolipid dengan konsentrasi 10 mg/mL menghasilkan
zona hambat sebesar 356 ± 25 mm² pada S. aureus. Kemudian, penambahan MP
PHB-ektoin dengan konsentrasi 5 mg/mL pada rhamnolipid 10 mg/mL
meningkatkan zona hambat menjadi 472 ± 114 mm². Temuan ini menunjukkan
bahwa mikropartikel multifungsi dari PHB dan ektoin berhasil disintesis
menggunakan metode yang sederhana, dimana formulasinya dengan rhamnolipid
menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan sebagai produk perawatan kulit,
seperti pelembab (anti-iritasi), tabir surya (anti-UVB), dan pembersih wajah
(antibakteri).