

COVER - Dwi Rahayu Purwanti
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 - Dwi Rahayu Purwanti
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - Dwi Rahayu Purwanti
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - Dwi Rahayu Purwanti
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - Dwi Rahayu Purwanti
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - Dwi Rahayu Purwanti
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Dwi Rahayu Purwanti
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Proyek infrastruktur kereta PT.X Fase 2 merupakan proyek strategis nasional. Proyek ini
merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi masalah kemacetan lalu lintas yang luar
biasa di ibu kota. Pembangunan Fase 2 sudah dimulai sejak tahun 2020 sampai dengan estimasi
selesai proyek pada tahun 2029 untuk Fase 2A. Perkembangan pada tahap konstruksi pada Fase
2A untuk Contract Package (CP) 201 sebesar 61.77%. Biaya pelaksanaan dan konstruksi yang
lebih rumit dari Fase sebelumnya menjadi bagian dari tantangan proses konstruksi PT.X Fase
2. Area proyek PT.X adalah pusat kota dimana banyak terdapat ruang publik, bangunan
pemerintahan, dan lokasi-lokasi pusat keramaian. Pada area tersebut terdapat banyak utilitas
bangunan yang perlu direlokasi. Pada lokasi proyek CP 201 terdapat area cagar budaya. Risikorisiko
tersebut dapat memicu keterlambatan progress proyek, namun risiko-risiko masa
konstruksi tersebut dapat diminimalisir atau dimitigasi dengan menggunakan manajemen
risiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko-risiko kritis pada tahap
konstruksi dan menyusun pengendalian risiko untuk mengantisipasi risiko yang terjadi. Risiko
masa konstruksi yang ditinjau pada penelitian ini berdasarkan aspek waktu dan biaya. Pada
penelitian aspek biaya tidak mengkaji pengaruh risiko terhadap finansial proyek. Metode
manajemen risiko yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan dilanjutkan
dengan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui peringkat risiko
yang ditinjau, selanjutnya peringkat level risiko tinggi dilakukan analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif menggunakan metode sintetis fuzzy yang digunakan untuk menganalisis lebih tajam
level risiko tinggi sekaligus mengidentifikasi critical risks. Pada penelitian ini, metode sintetis
fuzzy berkontribusi untuk mendapatkan penilaian lebih detail kepada persepsi sebenarnya dari
responden, memungkinkan untuk suatu analisis sebenarnya yang lebih nyata sehingga
memberikan keputusan yang lebih nyata dari objek kajian yang ditinjau.
Hasil analisis kualitatif didapat level risiko tinggi adalah variabel risiko permasalahan
pembebasan lahan (R19), permasalahan area konstruksi yang melewati objek cagar budaya
(R1), permasalahan technical interface (R4), perubahan desain bangunan saat konstruksi (R6),
isi dokumen kontrak multitafsir (R11), dan manajemen konstruksi bermasalah (R8). Hasil
analisis kuantitatif fuzzy didapat critical risk berupa variabel risiko permasalahan pembebasan
lahan (R19), permasalahan area konstruksi yang melewati objek cagar budaya (R1), dan
permasalahan technical interface (R4). Hasil analisis tersebut kemudian dilakukan validasi
pakar menunjukkan ketiga item critical risk merupakan risiko yang sampai sekarang masih
terjadi. Pembebasan lahan masih terus berlangsung hingga saat ini karena masih terdapat
masalah sengketa lahan. Permasalahan area konstruksi pada awal proyek karena terdapat objek cagar budaya (OCB) yang sebelumnya tidak terdeteksi secara detail begitu juga dengan
permasalahan technical interface berupa koordinasi antar instansi terkait perizinan,
pembebasan lahan, perbedaan standar acuan kontrak, termasuk di dalamnya penemuan OCB.
Dampak dari risiko – risiko tersebut terutama risiko kritis adalah keterlambatan progress
proyek yang memicu dampak penambahan biaya dan waktu pada pekerjaan.
Solusi dari risiko-risiko kritis tersebut adalah dimitigasi agar mengurangi dampak kejadian
risiko untuk tidak terulang kembali. Upaya mitigasi pada risiko kritis pembebasan lahan
diantaranya melakukan sosialisasi mengenai rencana pembangunan proyek dan pendampingan
kepada Dinas terkait. Upaya mitigasi terhadap variabel kritis permasalahan pada area
konstruksi yang melewati objek cagar budaya (OCB) dengan melakukan pendataan awal area
konstruksi dan cagar budaya sebelum konstruksi dilaksanakan, melakukan survei geofisika dan
tes pit untuk mengetahui keberadaan cagar budaya. Sementara upaya mitigasi terhadap ciritical
risk permasalahan technical interface dilakukan dengan melakukan rapat bersama dan join
inspection bersama dengan beberapa stakeholder. Upaya mitigasi sudah dilakukan PT.X dan
akan terus dilakukan pembaharuan kembali. Upaya mitigasi diberikan juga melalui pendapat
pakar agar risiko-risiko terutama critical risk dapat diminimalisir dampaknya.