Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sangat masif berdampak pada
tingginya kebutuhan akan agregat. Agar pembangunan IKN dapat terus berjalan,
agregat disuplai dari luar pulau. Hal ini mengakibatkan biaya konstruksi menjadi
lebih mahal, termasuk dalam bidang pembangunan jalan. upaya yang dapat
dilakukan untuk menekan kebutuhan agregat dan menekan biaya konstruksi yaitu
menggunakan alternatif lapis pondasi lainnya seperti lapis pondasi tanah semen
(SCB). Material tanah setempat memiliki daya dukung yang baik dan tersedia
cukup banyak sehingga sangat mungkin untuk mengaplikasikan SCB pada
perkerasan jalan. Suatu campuran tanah dengan semen tidak selalu memberikan
sifat-sifat campuran yang memadai sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan.
Penambahan bahan tambah pada campuran tanah semen dapat memperbaiki sifatsifat
campuran sehingga memenuhi persyaratan sebagai lapis pondasi pada
perkerasan jalan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian stabilitasi tanah
dari Kawasan Ibu Kota Nusantara dengan semen dan bahan tambah untuk
digunakan sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan.
Sampel tanah dari kawasan Ibu Kota Nusantara merupakan tanah berbutir kasar
berwarna coklat tua yang didominasi oleh fraksi pasir (75,92%), diklasifikasikan
sebagai SM (Silty Sand) dengan fine content kurang dari 50% (23,30%), tingkat
keasaman yang rendah (pH 6,32), kadar sulfat yang rendah (0,007356%), dan bebas
dari bahan organik, sehingga tanah ini layak untuk digunakan sebagai bahan
penyusun campuran tanah semen. Campuran yang dirancang menggunakan 13-
15% semen dan 1-3% bahan tambah. Pengujian UCS dan Wetting-Drying
dilakukan terhadap seluruh variasi campuran tanah semen baik tanpa bahan tambah
maupun dengan bahan tambah. Hasil pengujian tersebut digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan dan durabilitas seluruh variasi campuran sesuai dengan
persyaratan teknis sebagai lapis pondasi. Analisis struktur perkerasan dan biaya
konstruksi dilakukan untuk mengevaluasi biaya konstruksi per sumbu kendaraan
untuk mendapatkan campuran yang ekonomis.
Berdasarkan analisis kekuatan, seluruh variasi campuran baik campuran tanah
semen (13-15%) tanpa bahan tambah maupun dengan bahan tambah (1-3%),
menghasilkan nilai kuat tekan (7 hari) yang lebih tinggi dari nilai kuat tekan target
(2400 kPa) sehingga memenuhi persyaratan kekuatan sebagai lapis pondasi pada
perkerasan jalan. Campuran tanah semen tanpa bahan tambah memiliki kuat tekan
lebih tinggi dibandingkan campuran tanah semen dengan bahan tambah pada umur
pemeraman 3 dan 7 hari. Namun, pada umur pemeraman 28 hari, campuran tanah
semen dengan bahan tambah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan
campuran tanah semen tanpa bahan tambah. Campuran tanah semen dengan 1%,
2%, dan 3% bahan tambah, masing-masing dapat menghasilkan kuat tekan (28 hari)
9,6%, 6,7%, dan 12,9% lebih tinggi dibandingkan campuran tanah semen tanpa
bahan tambah.
Berdasarkan analisis durabilitas, campuran tanah semen tanpa bahan tambah
menghasilkan kehilangan berat yang tinggi sehingga belum memenuhi persyaratan
durabilitas sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan. Campuran tanah semen
tanpa bahan tambah memiliki ketahanan yang rendah terhadap siklus basah-kering,
dengan kehilangan berat tertinggi sebesar 15,90% pada kadar semen 13% dan
terendah 13,74% pada kadar semen 15%. Sedangkan, campuran tanah semen
dengan bahan tambah menghasilkan kehilangan berat di sekitar 7% sehingga
memenuhi persyaratan durabilitas sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan.
Campuran tanah semen dengan 1%, 2%, dan 3% bahan tambah, masing-masing
dapat menghasilkan kehilangan berat 55%, 46%, dan 57% lebih rendah
dibandingkan campuran tanah semen tanpa bahan tambah.
Kadar semen minimum yang menghasilkan kuat tekan target ³ 2400 kPa yaitu 13%,
dan Kadar bahan tambah minimum yang menghasilkan kehilangan berat £ 7% yaitu
1%. Oleh sebab itu, kadar semen optimum dan kadar bahan tambah optimum
masing-masing adalah 13% semen dan 1% bahan tambah.
Berdasarkan analisis biaya konstruksi per sumbu kendaraan, campuran tanah 13%
semen dengan 1% bahan tambah merupakan campuran yang optimal karena
menghasilkan biaya per sumbu paling rendah yaitu 0,033 Rp/m2/ESA. Campuran
ini menghasilkan kombinasi terbaik antara biaya yang murah dan kinerja yang
memadai. Penggunaan campuran tanah 13% semen dengan 1% bahan tambah
sebagai lapis pondasi pada perkerasan jalan dapat menghemat biaya pembangunan
jalan hingga 53,4% dibandingkan dengan perkerasan jalan yang menggunakan lapis
pondasi berbutir.
Lapis pondasi tanah semen (SCB) dapat menjadi solusi yang tepat untuk
menggantikan lapis pondasi berbutir pada perkerasan jalan. Keunggulan SCB,
seperti lebih murah, lebih kuat, dan tahan lama, dapat menekan kebutuhan agregat
dan menekan biaya konstruksi. Penggunaan SCB pada perkerasan jalan dapat
mendorong pembangunan jalan yang lebih ekonomis dan dapat menghasilkan biaya
pemeliharaan yang lebih rendah. Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan
pembangunan Ibu Kota Nusantara yang berkelanjutan.