BAB 1 Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani BAB 2 Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani BAB 3 Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani BAB 4 Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani BAB 5 Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani BAB 6 Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani ABSTRAK Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani PUSTAKA Adela Dovena
PUBLIC Resti Andriani
Salah satu metode penambangan bawah tanah berskala besar yang paling umum
diterapkan adalah sublevel stoping. Kriteria penerapan metode ini adalah selama
ekstraksi, bukaan yang dibuat harus tetap terbuka. Setelah ekstraksi, bukaan dapat
diisi (backfill) atau dibiarkan terbuka, dan pilar yang tertinggal di antara stope dapat
diekstraksi atau dibiarkan pada tempatnya (Bullock, 2011). Pada praktiknya,
pembuatan penjadwalan produksi tanpa memperhatikan stope dengan arus kas
tertinggi berikutnya yang tersedia masih banyak diterapkan. Maka dari itu perlu
dilakukan optimasi penjadwalan produksi menggunakan metode binary integer
programming (BIP) dengan tujuan untuk memaksimalkan profit. Penelitian ini
membandingkan penjadwalan produksi pada studi kasus tambang emas bawah
tanah dengan metode sublevel stoping with delayed backfill untuk skenario base
case dan skenario optimasi. Base case dilakukan berdasarkan simulasi penjadwalan
produksi di Excel, dengan arah penambangan searah dengan strike orebody.
Skenario optimasi adalah penjadwalan produksi dengan model BIP. Optimasi BIP
dengan dasar model Basiri (2018) untuk diterapkan pada desain penambangan
dengan dimensi stope yang tidak seragam dan jumlah tonase yang bervariasi tiap
level. Penjadwalan produksi untuk skenario base case dan optimasi dilakukan pada
4.5 juta ton ore dengan kadar rata-rata 3.60 g/t Au selama 8 tahun produksi.
Penjadwalan produksi skenario optimasi dapat meningkatkan perolehan EBITDA
sebesar 3% atau US$ 7M berdasarkan nilai saat ini (present value). Pada skenario
optimasi, EBITDA negatif terakhir diperoleh sebelum dilakukan produksi stope
atau pada periode ke-3. Sedangkan pada skenario base case, pada tahun ke-4 masih
diperoleh EBITDA negatif. Hasil analisis ekonomi skenario base case
menunjukkan perolehan NPV @8% sebesar US$ 136M dan IRR sebesar 42%. PBP
akan dicapai selama 6.5 tahun. Sementara skenario optimasi dapat meningkatkan
NPV sekitar 4% dari base case atau sebesar US$ 5M, dengan NPV @8% sebesar
US$ 141M dan IRR sebesar 44%. PBP akan dicapai selama 6.3 tahun. Cumulative
cashflow positif pada kedua skenario diperoleh pada tahun ke-6, saat pabrik
pengolahan dapat beroperasi dengan kapasitas maksimum.