Dalam bidang bisnis dan industri, manusia memegang peranan yang sangat penting karena perannya sebagai faktor penentu keberhasilan ekonomi suatu organisasi. Rekrutmen sumber daya manusia yang kompeten memainkan peran yang sangat diperlukan dalam orkestrasi kegiatan ekonomi, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian dan pemeliharaan tujuan organisasi. Tidak dapat disangkal, ini merupakan faktor penentu di balik keberhasilan operasi perusahaan, pencapaian ekonomi, dan proses realisasi tujuan. Namun demikian, terlepas dari signifikansi yang disorot, terdapat krisis yang meluas dalam produktivitas manusia. Kesulitan ini terutama terlihat di daerah seperti Jawa Barat, Indonesia. Ditandai dengan tenaga kerja yang signifikan, kawasan ini tetap menghadapi tantangan terkait dengan kualitas dan distribusi sumber daya tenaga kerja. Perhatian kritis dalam konteks ini adalah kualitas pencari kerja, yang seringkali dianggap rendah. Dilemanya adalah meskipun angkatan kerja sangat luas, keterampilan dan kompetensi para kandidat seringkali tidak sejalan dengan kebutuhan dan harapan pasar. Kurangnya korespondensi antara kumpulan tenaga kerja dan persyaratan pekerjaan ini merupakan penghalang yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi dan pertumbuhan pekerjaan. Selain itu, kesulitan dalam mendistribusikan tenaga kerja secara efektif karena kelangkaan lowongan semakin memperburuk situasi. Skenario ini, yang ditandai dengan kelebihan tenaga kerja dan kekurangan pekerjaan, pada akhirnya menghasilkan tingkat pengangguran yang tinggi. Dalam konteks seperti itu, menjadi penting bagi mahasiswa, calon tenaga kerja, untuk membekali diri dengan baik. Mereka harus mengembangkan dan menunjukkan kesiapan kerja mereka, yang mencerminkan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan dalam lanskap ketenagakerjaan kontemporer. Kebutuhan akan kesiapsiagaan ini menjadi semakin relevan di era saat ini, yang ditandai dengan terungkapnya Revolusi Industri Keempat. Studi yang dilakukan bertujuan untuk mendalami konteks ini dan menjelaskan beberapa parameter penting kesiapan kerja di era Industri 4.0. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, penelitian ini berupaya memastikan hubungan antara tiga variabel kunci: self-efficacy, digital mindset, dan resilience. Self-efficacy mengacu pada keyakinan individu pada kemampuan mereka untuk memenuhi tugas atau tujuan tertentu, yang mendasar dalam lingkungan kerja yang terus berkembang. Digital mindset adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang dalam lingkungan digital, yang merupakan inti dari era Industri 4.0. Resilience, di sisi lain, berkaitan dengan kemampuan untuk pulih dari kemunduran dan beradaptasi dengan baik terhadap perubahan, atribut penting mengingat sifat lanskap bisnis modern yang mudah berubah. Hasil penelitian ini menggarisbawahi hubungan yang signifikan dan positif di antara variabel- variabel ini. Ini menunjuk pada keterkaitan antara self-efficacy, pola pikir digital, dan ketahanan, dan efek kumulatifnya terhadap kesiapan kerja dalam konteks Industri 4.0. Ini menyiratkan bahwa kesiapan kerja individu secara signifikan dipengaruhi oleh rasa self-efficacy mereka, kemampuan mereka untuk beroperasi dalam konteks digital, dan ketahanan mereka terhadap perubahan dan kesulitan. Kesimpulannya, temuan tersebut menunjukkan potensi tindakan untuk meningkatkan kesiapan kerja, khususnya di kalangan penerima beasiswa Bank Indonesia. Rekomendasi tersebut menyiratkan peningkatan self-efficacy, menumbuhkan digital mindset, dan menumbuhkan resilience. Dengan berfokus pada bidang-bidang ini, kesenjangan antara keterampilan dan kompetensi tenaga kerja dapat dijembatani dengan harapan dan kebutuhan lingkungan bisnis, sehingga mengurangi pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi.