digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Slamet Supriadi
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Slamet Supriadi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Slamet Supriadi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Slamet Supriadi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Slamet Supriadi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Slamet Supriadi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Slamet Supriadi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Ground-Based Augmentation System (GBAS) adalah sistem bantuan untuk Global Navigation Satellite System (GNSS) yang memenuhi persyaratan International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk mendukung fasa Precision Approach (PA) dan pendaratan pesawat. GBAS didasarkan pada teknik diferensial GNSS dengan stasiun referensi yang terletak di sekitar bandara untuk menyediakan integritas dan akurasi yang diperlukan. Kinerja sistem GBAS dapat dipengaruhi oleh gradien ionosfer antara pesawat dan stasiun referensi. Gradien ionosfer nominal diwakili oleh parameter ?vig. ?vig umumnya diperoleh dari data Continuous Operating Reference Station (CORS) menggunakan metode spasial single difference antar stasiun (station-pair) dan metode temporal single difference antar epoch (time-step). Metode station-pair rentan terhadap penggandaan bias receiver sedangkan metode time-step masih mengandung variasi temporal sehingga tidak sesuai dengan kondisi CORS di Indonesia. Kami mengusulkan metode satellite-pair dan metode time-step yang terkoreksi. Kedua metode tersebut dapat menghilangkan efek bias receiver. Metode satellite-pair menghasilkan nilai ?vig sebesar 5,21 mm/km. Selain itu nilai ?vig dapat diperoleh dengan metode time-step dengan hanya menggunakan satu receiver. Berdasarkan simulasi, nilai ?vig dari metode time-step terkoreksi terbukti dapat mendekati hasil dari metode lainnya. Nilai korelasi metode time-step terhadap semua metode spasial cukup besar (mixed-pair = 0,841, station-pair = 0.837, dan satellite-pair = 0,816). Hasil ini digunakan untuk menganalisa perubahan ?vig secara spasial dan temporal di wilayah Indonesia. Studi ini juga menyertakan hubungan antara gradien ionosfer nominal dengan aktivitas cuaca antariksa.