Megaproyek telah menjadi salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam
pengembangan infrastruktur perkotaan di berbagai negara. Tujuan utama dari
megaproyek ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan peningkatan
kualitas kota, sehingga kota-kota tersebut dapat bersaing sejajar dengan kota-kota
lain di seluruh dunia. Kegagalan atau keberhasilan dalam pelaksanaannya akan
memiliki dampak yang signifikan terhadap struktur ruang, kondisi sosial ekonomi,
dan lingkungan kota, bahkan hingga pada tingkat nasional. Studi atas keberhasilan
atau kegagalan megaproyek sering kali dianalisis dari sudut pandang manajemen,
yang berfokus pada pencapaian target biaya, waktu, dan kinerja (iron triangle).
Namun, bukti empiris menunjukkan bahwa mencapai tujuan tersebut sering kali
menjadi tantangan yang besar, dikarenakan skala proyek yang besar dan tingkat
kompleksitas yang tinggi, yang merupakan karakteristik utama dari megaproyek.
Megaproyek hampir selalu melibatkan keputusan politis, sehingga studi kelayakan
dan pra-studi lain yang disusun seringkali hanya menjadi formalitas, sedangkan
proyek tersebut akan tetap berlanjut selama kekuasaan yang berwenang masih
mendorong untuk melanjutkan pembangunannya.
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan kompleksitas yang terdapat dalam
perencanaan megaproyek, terutama dalam fokus perubahan dan dinamika yang
terjadi dalam proses perencanaan serta peran aktor yang terlibat dalam menentukan
jalannya perencanaan. Penelitian ini berfokus pada kasus Megaproyek Transportasi
(MT), dengan menggunakan studi kasus Moda Raya Terpadu Jakarta dan Kereta
Cepat Jakarta-Bandung. Metode penelitian meliputi pendekatan kualitatif dengan
pengumpulan data teknis melalui dokumen, berita, wawancara, dan observasi
lapangan. Dengan menerapkan pendekatan teori kompleksitas, studi ini melengkapi
metode perencanaan yang bersifat rasional yang sebelumnya masih kesulitan
menjelaskan sifat dinamis dan rumitnya perencanaan MT. Teori perencanaan saat
ini cenderung melihat kompleksitas perencanaan megaproyek hanya dari sudut
pandang teknis-rasional semata, yang masih memiliki pemahaman terbatas
mengenai kompleksitas yang melekat dalam proses perencanaan MT..
Studi ini menyimpulkan bahwa pada hakikatnya perencanaan MT adalah proses
yang terkait dengan waktu, tidak statis, terbuka, dan non linier. Aspek yangii
mempengaruhi perencanaan MT sangat beragam dan memiliki ketergantungan satu
sama lain. Peranan aktor meskipun mengikuti tupoksi namun bersifat dinamis dan
berperan sebagai agen perubahan. Dinamika yang cepat mendorong aktor untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi untuk menyesuaikan keterbatasan sumber
daya. Hal ini menyebabkan target yang telah ditentukan di awal selalu bergeser dan
berubah, perencanaan selalu mengalami pengkinian dengan metode dan pendekatan
yang berubah-ubah. Perencanaan mengalami adaptasi, ko-evolusi dan proses
tahapan perencanaan yang bergerak tidak linier, pararel, dan bolak balik. Dominasi
pemerintah dan tekanan politis mempengaruhi sistem perencanaan tata ruang
melalui berbagai kebijakan. Perencanaan rasional berfokus pada proses dan peranan
aktor intrasubyektif dengan perencanaan berada diantara spektrum rasional teknis
dan rasional komunikatif.