
ABSTRAK Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Wanda Putri Ramadani
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Kehadiran gejala risiko psikososial yang dihadapi oleh pekerja di industri
kecantikan, seperti tingginya jumlah konseling dan absensi, harus menjadi perhatian
utama bagi manajemen perusahaan. Sesuai dengan Peraturan Kementerian
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 yang mewajibkan perusahaan untuk
mengukur dan mengendalikan risiko lingkungan kerja, termasuk risiko psikososial,
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek psikososial dan memberikan
rekomendasi intervensi untuk mengatasi risiko psikososial pada pekerja di industri
kecantikan di Indonesia. New Brief Job Stress Questionnaire (NBJSQ) dalam
bahasa Indonesia digunakan pada penelitian ini untuk mengumpulkan data
psikososial dari 589 responden dari tiga perusahaan kecantikan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa skor NBJSQ tertinggi terdapat pada variabel
'Kesesuaian dengan Tugas/Kerja' dan 'Gejala Self-actualization' dengan rata-rata
skor NBJSQ sebesar 3,30 dan 3,09 dari nilai maksimum 4. Di sisi lain, skor terendah
terdapat pada variabel 'Tuntutan Pekerjaan' dan 'Gejala Vitalitas' dengan rata-rata
skor 2,58 dan 2,53. Analisis variansi MANOVA menunjukkan bahwa status kerja
berpengaruh signifikan terhadap kondisi psikososial pekerja, dengan pekerja
magang menunjukkan tingkat gejala vitalitas yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan pekerja permanen dan kontrak. Berdasarkan temuan ini, disusunlah
rekomendasi intervensi untuk mengatasi risiko psikososial, khususnya dalam
pengelolaan tuntutan pekerjaan dan faktor sosial di lingkungan kerja. Untuk
penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah jumlah sampel, melakukan
penelitian longitudinal, dan mengevaluasi implementasi rekomendasi intervensi di
perusahaan-perusahaan tersebut.