ABSTRAK FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi COVER FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 1 FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 2 FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 3 FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 4 FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 5 FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB 6 FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi PUSTAKA Fathur Imam Mujaddid
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN FATHUR IMAM M 12016032.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Daerah penelitian terletak di aliran Sungai Kali Braholo, Kecamatan Blora, Kota
Blora, Jawa Tengah. Lingkungan tempat diendapkannya Formasi Ngrayong saat ini
masih diperdebatkan. Penelitian mengenai lingkungan pengendapan Formasi
Ngrayong dapat dilakukan dengan menggunakan foraminifera.
Data yang digunakan pada studi ini terdiri atas data penampang stratigrafi dan 40
sampel batuan. Pada sampel batuan akan dilakukan analisis biostratigrafi dan
lingkungan pengendapan. Analisis biostratigrafi dilakukan dengan cara
menentukan kemunculan awal atau akhir dari suatu fosil foraminifera planktonik.
Hasil dari Analisis biostratigrafi dapat digunakan untuk menetukan umur. Analisis
lingkungan pengendapan dilakukan dengan menggunakan analysis cluster untuk
menentukan zona lingkungan pengendapan.
Berdasarkan biozonasi foraminifera planktonik interval sampel no. 38 sampai
dengan no. 1 berada pada Zona N9 – N13 (Blow, 1969). Berdasarkan biozonasi
foraminifera besar interval sampel no. 40 sampai dengan no. 1 berada pada Zona
Te5 – Tf2 (Adam. 1970). Dengan mengintegrasikan kedua biozonasi tersebut
didapatkan bahwa umur Formasi Ngrayong berada pada Miosen Tengah atau pada
Zona N9 – N12 (Blow, 1969).
Formasi Ngrayong pada daerah blora diendapkan pada lingkungan neritik dalam
pada Zona A. Lalu diendapkan pada lingkungan neritik dalam – neritik tengah pada
Zona B dan diendapkan pada lingkungan litoral – supralittoral pada Zona C.
Kemudian diendapkan pada neritik dalam pada Zona D dan kembali diendapkan
pada lingkungan litoral – supralittoral pada Zona E. Kemudian diendapkan pada
lingkungan neritik dalam – neritik tengah pada Zona F dan kembali diendapkan
pada lingkungan littoral – supralittoral pada Zona G. Pada Zona H diendapkan pada
lingkungan neritik dalam dan diendapkan kembali pada lingkungan littoral –
supralittoral pada Zona I. Kemudian kembali diendapkan pada neritik dalam pada
Zona J.