Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ada ketidaksetaraan terkait gender dalam kompensasi karyawan. Namun, individu juga dapat mengembangkan hasil yang efektif dan perilaku berdasarkan persepsi mereka tentang apakah mereka mengalami ketidaksetaraan tersebut, atau apakah mereka mengamati ketidaksetaraan tersebut atau tidak keberpihakan terhadap gender. Penelitian ini berusaha untuk menguji berbagai faktor yang dapat dikaitkan dengan persepsi kesenjangan gaji individu. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis bagaimana faktor demografi dapat mempengaruhi secara signifikan persepsi individu terhadap kesenjangan gaji dengan melihat hubungan antara kedua variabel tersebut, dimana faktor demografi merupakan variabel independen dan persepsi menjadi variabel dependen. Survei ini dibuat dengan mengadaptasi dari dua penelitian sebelumnya tentang diskriminasi gender. Hipotesis diuji dengan menggunakan regresi linier berjenjang melalui SPSS dengan jumlah sampel 217 partisipan dari 3 benua: Eropa, Asia, dan Amerika. Temuan menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, status perkawinan dan kepekaan ekuitas secara signifikan terkait dengan persepsi kesenjangan upah. Secara khusus, penelitian ini menemukan bahwa individu melaporkan diskriminasi kesenjangan gaji yang lebih tinggi terhadap jenis kelamin mereka sendiri dan menguntungkan lawan jenis. Limitasi penelitian ini termasuk ukuran sampel yang kecil dan desain cross-sectional, yang mempengaruhi generalisasi dari hasil. Penelitian ini berkontribusi pada literatur tentang kompensasi karyawan, karena menampilkan beberapa faktor yang terkait dengan persepsi kesenjangan gaji individu. Secara teoritis, makalah ini menunjukkan bahwa teori bias melayani diri sendiri dan peran gender berpotensi memengaruhi persepsi upah dan keadilan individu. Makalah ini juga memberikan wawasan yang dapat membantu para profesional sumber daya manusia merancang praktik kompensasi dan komunikasi yang lebih baik.