Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi angka kemacetan di Indonesia, khususnya di Ibu Kota Jakarta. Kehadiran moda transportasi kereta api menuju bandara Soekarno-Hatta yang digadang-gadang dapat menjadi salah satu solusi mengatasi kemacetan. Moda transportasi anti-macet ini justru memiliki jumlah peminat yang tidak banyak. Okupansi kereta bandara yang masih dibawah 30% menunjukkan bahwa minat dari masyarakat untuk menggunakan kereta menuju bandara masih dibawah ekspektasi. Persaingan antara moda transportasi, seperti taksi daring maupun taksi kovensional, bus, bahkan mobil pribadi. Walaupun, secara infrastruktur sudah cukup mumpuni, namun okupansi kereta bandara masih belum menunjukkan kenaikan yang signifikan. KAI Bandara Railink selaku operator dari kereta bandara seharusnya melakukan kegiatan marketing yang massif agar pengguna kereta bandara dapat meningkat. Ditengah era sosial media, seharusnya sosial media dapat menjadi salah satu alat untuk melakukan kegiatan pemasaran dan memengaruhi keputusan seseorang untuk menggunakan kereta bandara. Untuk itu, penelitian ini membahas mengenai pengaruh dari kegiatan pemasaran di sosial media terhadap purchase intention dari masyarakat terhadap kereta bandara Soekarno-Hatta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS-SEM model. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data secara mandiri dengan menggunakan kuisioner berisikan 200 responden. Hasilnya kegiatan pemasaran di sosial media positif memiliki pengaruh terhadap purchase intention seseorang melalui variabel penengah yaitu brand awareness. Dengan begitu, rekomendasi yang disarankan oleh penulis adalah fokus pada pembenahan konten sosial media (Instagram) dari KAI Bandara Railink agar dapat meningkatkan engagement dari masyarakat.