
ABSTRAK Agastia Dianfortuna Ayudya
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus Ringkasan
Banjir merupakan bencana yang terjadi setiap tahun di Indonesia, terutama di
Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki catatan lebih dari 100 kejadian banjir setiap
tahun antara tahun 2019 dan 2022. Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu yang
mencakup beberapa kabupaten di bagian selatan Jawa Tengah, sangat rentan
terhadap banjir dan memerlukan pengembangan sistem prediksi banjir. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa Flood Triggering Rainfall Index (FTRI), yang
dihitung dari kombinasi curah hujan aktual dan curah hujan anteseden dengan
menggunakan data Global Satellite Mapping (GSMaP), berpotensi dalam
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya banjir secara efektif. Penelitian ini
berfokus pada pengembangan Quantitative Precipitation Forecast (QPF) untuk
mengestimasi FTRI menggunakan sistem prediksi curah hujan time-lagged
ensemble yang telah tersedia. Metode penelitian melibatkan tiga langkah utama: (1)
estimasi curah hujan aktual pemicu banjir (curah hujan rata-rata area 24 jam) dari
curah hujan anteseden GSMaP dan ambang batas FTRI untuk DAS Serayu, (2)
penerapan Ensemble Model Output Statistics (EMOS) untuk memperoleh prakiraan
nilai curah hujan berdasarkan Probability Density Function (PDF) terkalibrasi, dan
(3) perhitungan probabilitas curah hujan aktual melebihi nilai ambang yang
diestimasi. Ketiga tahapan ini diuji untuk hindcast selama 35 hari dengan 10
diantaranya merupakan kejadian banjir yang tercatat di DAS Serayu. Dua nilai
curah hujan aktual diestimasi untuk kejadian banjir yang tidak dikategorikan dan
kejadian banjir ekstrem, sesuai dengan ambang batas FTRI. Hasil verifikasi dengan
menggunakan Relative Operating Characteristic (ROC) sebagai metrik tunggal
menunjukkan bahwa prediksi probabilitas untuk kejadian banjir yang tidak
dikategorikan memiliki nilai area di bawah kurva sebesar 0.73 yang
mengindikasikan kemampuan diskriminasi yang baik dalam prediksi. Namun, skill
prediksi kejadian banjir ekstrem tidak dapat dievaluasi karena sampel yang kurang
mencukupi. Meskipun demikian, baik prediksi maupun observasi secara konsisten
menunjukkan bahwa probabilitas kejadian banjir ekstrem kurang dari 2%, seperti
yang ditunjukkan dari confusion matrix pembentuk ROC.