Abstrak Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Cover Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 1 Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 2 Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 3 Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 4 Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 5 Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 6 Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 7 Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Daftar Pustaka Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran Rayhan Tirto Nugroho 12018010.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Indonesia memiliki aktivitas tektonik aktif hasil dari tiga pertemuan lempeng tektonik:
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Pertemuan lempeng
tersebut menghasilkan struktur geologi Indonesia yang beragam dan kompleks. Salah
satu bukti dari aktivitas tektonik Indonesia adalah sesar. Secara khusus, Jawa Barat
setidaknya memiliki tiga sesar besar yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Lembang dan Sesar
Baribis. Sesar Baribis sedang hangat dibicarakan karena memiliki ancaman bencana
gempabumi, ditambah lagi dengan posisinya yang berada di daerah dengan penduduk
yang padat, termasuk Ibukota Jakarta. Maka dari itu, Sesar Baribis merupakan objek
yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi struktur
geologi bawah permukaan dan perkembangan pola struktur pada Sesar Baribis. Selain
itu, dilakukan pemodelan analog sandbox sehingga dapat tersimulasikan proses
pembentukan Sesar Baribis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penampang seismik dua dimensi, data checkshot, data log sumur, peta anomali gaya
berat, dan peta geologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis
struktur pada penampang seismik, analisis peta struktur bawah permukaan, analisis
pola struktur, rekonstruksi palinspastik, dan pemodelan analog sandbox. Hasil analisis
struktur dan rekonstruksi palinspastik menunjukkan bahwa daerah penelitian
dipengaruhi oleh beberapa fase deformasi, yakni fase ekstensional (Eosen–Oligosen
Awal), fase tektonik stabil (Oligosen Awal–Miosen Akhir) dan fase kontraksional
(Pliosen–Plistosen). Fase ekstensional menghasilkan sesar normal yang membentuk
cekungan half-graben dengan orientasi barat laut-tenggara. Fase tektonik stabil
menunjukkan adanya differential compaction akibat tinggian pada batuan dasar dan
lapisan sedimen yang tidak seragam sehingga menghasilkan respons yang berbeda
terhadap pembebanan. Fase kontraksional menghasilkan sesar naik berarah barat lauttenggara dan sesar geser (wrench fault) dengan geometri flower structure berarah timur
laut–barat daya. Serta ditemukan out-of-sequence thrust yang deformasinya basement
involved. Sehingga, sesar geser dan out-of-sequence thrust ini dapat memberikan
potensi gempabumi. Pemodelan analog sandbox berhasil memodelkan proses
perkembangan fold-thrust belt di daerah penelitian sesuai dengan critical wedge theory.
Pembentukan sesar dimulai dari bagian terdekat dengan dinding bergerak lalu
terbentuk lagi di depannya dan seterusnya membentuk sistem sesar imbrikasi. Jumlah
sesar bertambah berbanding lurus dengan bertambahnya pemendekan.