ABSTRAK Nugraha Ramadhany
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Nugraha Ramadhany
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Nugraha Ramadhany
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Nugraha Ramadhany
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Nugraha Ramadhany
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Nugraha Ramadhany
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Nugraha Ramadhany
PUBLIC Yoninur Almira LAMPIRAN Nugraha Ramadhany
PUBLIC Alice Diniarti
Pada abad ke-21, tren pembangunan kota mengalami perubahan yang signifikan
sebagai respons terhadap tantangan dan peluang yang dihadapi oleh masyarakat
perkotaan. Kota Bandung dan Cimahi merupakan dua kota di Indonesia yang
memiliki konsep pengembangan teknopolis dalam mendukung perkembangan era
digital yang berkembang dan mengoptimalkan potensi ekonomi berbasis
pengetahuan. Di Kota Bandung, pengembangan teknopolis terfokus pada SWK
Gedebage, sementara di Kota Cimahi, pengembangan dilakukan melalui Cimahi
Technopark. Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktorfaktor difusi inovasi yang mempengaruhi pembangunan teknopolis, maka perlu
untuk mengidentifikasi ekosistem difusi inovasi dan pemanfaatan iptek yang
dapat mendukung pengembangan kawasan di kedua kota tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan
kunci dari berbagai pihak terkait. Selain itu, data media sosial Twitter juga
digunakan untuk menganalisis nilai sentimen dan gambaran persoalan wilayah
menurut pandangan masyarakat. Proses analisis data menggunakan pendekatan
analisis sentimen dan analisis isi untuk memahami persepsi masyarakat terhadap
permasalahan wilayah dan untuk memberikan makna pada data hasil wawancara.
Pendekatan konsep 8 komponen kota cerdas digunakan untuk melihat gambaran
tantangan kewilayahan yang dihadapi oleh kedua wilayah. Pendekatan elemen
inovasi Rogers menjadi konsep yang dipakai dalam menentukan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi proses difusi inovasi di kota Bandung dan Cimahi.
Sementara itu, pendekatan kuadran ekosistem inovasi tata kelola pemerintah
digunakan untuk mengidentifikasi konsep ekosistem inovasi yang diusung oleh
pemerintah kota di kedua wilayah studi. Selain itu, pendekatan ATOPP
(Approach, Technology, Organization, Process, Product) digunakan untuk
menganalisis pola pengembangan teknopolis di kedua wilayah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa elemen inovasi yang condong pada proses difusi inovasi di
Kota Bandung adalah elemen saluran komunikasi tercermin dalam berbagai
platform dan inisiatif yang mendukung pertukaran ide dan kolaborasi. Sedangkan
elemen inovasi waktu menjadi perhatian utama dalam proses difusi inovasi di kota
Cimahi, terutama dalam kasus-kasus di mana inovasi telah diuji, dikembangkan,iiiii
dan direplikasi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu, secara umum
tantangan kewilayahan dalam pengembangan teknopolis di kedua wilayah studi
terdapat pada aspek spasial, yang mencakup faktor tata ruang dan infrastruktur
pendukungnya. Ekosistem inovasi dan pemanfaatan iptek di kota Bandung
menunjukkan arah ke people's influence, di mana partisipasi aktif masyarakat
dianggap penting untuk menciptakan inovasi yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat. Sementara itu, di kota Cimahi, pendekatan stakeholder relations
memberikan makna terhadap pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor
swasta dalam pengembangan teknopolis. Dengan menggunakan pendekatan
ATOPP, pengembangan teknopolis di kota Bandung menggunakan pendekatan
model simple choice, yang berfokus pada memilih opsi pengembangan yang
mudah diimplementasikan dan efektif. Di sisi lain, pengembangan teknopolis di
kota Cimahi lebih menggunakan pendekatan regulating, yang menekankan pada
peran pemerintah sebagai pengarah dan motor pengembangan.