ABSTRAK Indah Permata Cantika
PUBLIC Latifa Noor PUSTAKA Indah Permata Cantika
PUBLIC Latifa Noor
COVER Indah Permata Cantika
EMBARGO  2026-08-14 
EMBARGO  2026-08-14 
BAB2 Indah Permata Cantika
EMBARGO  2026-08-14 
EMBARGO  2026-08-14 
BAB3 Indah Permata Cantika
EMBARGO  2026-08-14 
EMBARGO  2026-08-14 
BAB4 Indah Permata Cantika
EMBARGO  2026-08-14 
EMBARGO  2026-08-14 
BAB5 Indah Permata Cantika
EMBARGO  2026-08-14 
EMBARGO  2026-08-14 
BAB1 Indah Permata Cantika
EMBARGO  2026-08-14 
EMBARGO  2026-08-14 
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif terbarukan yang mudah
dibuat melalui reaksi transesterifikasi, antara minyak nabati atau lemak hewani
dengan alkohol rantai pendek dan bantuan katalis. Kelapa sawit adalah penghasil
minyak nabati yang dapat diandalkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
dan Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor minyak kelapa sawit
nomor satu di dunia. Katalis heterogen memiliki keunggulan yaitu dapat
dipisahkan dengan mudah karena perbedaan fasa, regeneratif, dan dapat
digunakan kembali dalam reaksi sintesis biodiesel. Salah satu material bahan baku
yang potensial adalah kitosan (CS), suatu polimer alam yang murah dan aman
bagi lingkungan. Gugus amina pada CS berperan sebagai katalis pada
transesterifikasi. Sayangnya pada CS gugus tidak banyak dan tidak bebas,
sehingga kemampuan katalisis tidak maksimal, sehingga dilakukan modifikasi
pada struktur CS menggunakan etilendiamin (EDA) sebagai penyumbang gugus
basa berupa amina (N–H) dengan bantuan epiklorohidrin (ECH) sebagai
pengikatan silang antara CS dan EDA. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis
dan mengarakterisasi katalis berbentuk butiran CS, CS/ECH, dan CS/ECH/EDA
yang dilanjutkan dengan uji kinerja katalis untuk sintesis biodiesel pada berbagai
kondisi. Keberhasilan sintesis biodiesel dianalisis menggunakan Gas
Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS) untuk mengetahui senyawa target
metil ester yang diinginkan serta untuk penentuan total luas area metil ester yang
terbentuk dalam optimasi menggunakan Gas Chromatography Flame Ionization
Detector (GC–FID). Berdasarkan spektrum IR CS, CS/ECH, CS/ECH/EDA
menunjukkan adanya pita serapan vibrasi O–H pada 3415 dan vibrasi ikatan
C–O pada 2898
. Keberhasilan modifikasi CS/ECH/EDA ditinjau dari
munculnya serapan bilangan gelombang pada 1655 yang merupakan vibrasi
ikatan N–H primer dan 1566 yang merupakan vibrasi ikatan N–H sekunder.
Ikatan yang muncul berasal dari EDA yang ditambahkan saat modifikasi struktur
CS. Selain itu, CS/ECH/EDA memiliki berbentuk butiran sferik dan berwarna
kuning dibandingkan dengan katalis butiran CS dan CS/ECH. Penentuan uji
kinerja katalis CS/ECH/EDA menunjukkan konsentrasi optimum penambahan
EDA sebesar 5% (v/v), reaksi pada suhu ruang, rasio minyak:MeOH 1:1 (v/v),
volume total minyak/metanol 10 mL, dan massa katalis sebesar 0,75 gram.
Biodiesel hasil sintesis menggunakan katalis CS/ECH/EDA menunjukkan
performa katalisis 8x lebih baik dibandingkan dengan katalis butiran CS dan
CS/ECH dengan senyawa metil ester yang terbentuk diantaranya asam palmitat,
metil 9,10-oktadekadienoat, asam oleat, metil 12,13-tetradekadienoat, asam
stearat, yang telah di konfirmasi menggunakan GC-MS. Selain itu, keberhasilan
sintesis biodiesel dilihat dari karakterisasi IR yang menunjukkan adanya
perbedaan antara minyak sawit dengan biodiesel hasil sintesis yaitu terdapat pita
serapan pada 1193 yang merupakan vibrasi ikatan O–CH3 (khas biodiesel)
dan 1440 yang merupakan vibrasi ikatan CH3 (khas biodiesel). Karakterisasi
IR biodiesel hasil sintesis juga dibandingkan terhadap biodiesel komersil. Hasil
analisis IR biodiesel hasil sintesis menggunakan katalis butiran CS/ECH/EDA
memiliki kemiripan spektrum IR dengan biodiesel komersil yang dipasarkan.
Selanjutnya, katalis CS/ECH/EDA diuji kemampuan pemakaian berulang
sehingga diperoleh hasil pada pemakian ke-1 hingga ke-3 tidak terjadi penurunan
total area metil ester yang menyatakan bahwa katalis hasil sintesis memiliki
kestabilan yang cukup baik. Penurunan total luas area metil ester terjadi pada
pemakaian ke-4 sebesar sebesar 29% dibandingkan pada penggunaan ke-3.
Katalis butiran CS/ECH/EDA setelah kontak dikarakterisasi menggunakan IR
dengan hasil spektrum yang serupa dengan spektrum IR katalis butiran
CS/ECH/EDA sebelum kontak yang menandakan struktur dari katalis tidak
berubah. Serta, dilakukan karakterisasi SEM terhadap katalis sebelum dan setelah
kontak tidak terjadi perbedaan citra SEM