ABSTRAK Eunike Kartika Salduna
PUBLIC Latifa Noor PUSTAKA Eunike Kartika Salduna
PUBLIC Latifa Noor
COVER Eunike Kartika Salduna
EMBARGO  2026-08-16 
EMBARGO  2026-08-16 
BAB1 Eunike Kartika Salduna
EMBARGO  2026-08-16 
EMBARGO  2026-08-16 
BAB2 Eunike Kartika Salduna
EMBARGO  2026-08-16 
EMBARGO  2026-08-16 
BAB3 Eunike Kartika Salduna
EMBARGO  2026-08-16 
EMBARGO  2026-08-16 
BAB4 Eunike Kartika Salduna
EMBARGO  2026-08-16 
EMBARGO  2026-08-16 
BAB5 Eunike Kartika Salduna
EMBARGO  2026-08-16 
EMBARGO  2026-08-16 
Negara di Eropa mengurangi penggunaan ftalat sebagai pelentur karena sifat toksiknya. Epoksida minyak sawit dapat menjadi pelentur altematif dengan sifat yang tidak beracun dan aman. Epoksida minyak sawit (EPO) disintesis dengan mengoksidasi olefin trigliserida menggunakan H202 dan asam. Namun, proses ini menghasilkan panas yang relatif sulit dikendalikan, korosif, dan dapat mengurangi selektivitas epoksi karena hidrolisis lebih lanjut menyebabkan terbukanya cincin epoksi. Reaksi oksidasi minyak sawit dalam penelitian ini menggunakan hidrogen peroksida tersier-butil atau TBHP sebagai agen oksidasi, dengan katalis vanadium yang diembankan pada material penyangga, seperti y-Ah03, Ti02, Si02, Zr02, MIL-lOO(Fe), Ui0-66, MOF-808.Penyangga katalis dipilih karena vanadia dapat terdeposisi dan memberikan kemudahan dalam proses regenera si katalis. Regenerasi V20s dari minyak sawit relatif sulit. Sintesis V20s yang terdeposisi pada beragam material penyangga dilakukan dengan melakukan impregnasi, alumina secara tetes demi tetes dengan larutan kompleks VO(acac)2 diikuti dengan pemanasan pada 100 °C (2 jam) dan kalsinasi pada 500 °C (5 jam). Uji reaksi katalitik juga dilakukan dengan berbagai jenis oksida logam transisi deret pertama (Cr20s, Mn02, Fe203, CuO, CoO, NiO), yang terimpregnasi pada material penyangga y-Ah03 untuk mengevaluasi karakter oksida. Pengamatan menunjukkan epoksidasi yang sangat baik pada V20s/y-Ah03 dan V20s/Ti02 dibandingkan dengan oksida lainnya. Kondisi reaksi yang dioptimalkan tercapai pada 80 °C, 7jam, 0,5 % mol vanadium terhadap olefin, dan 3,5 meq. TBHP. Reaksi yang lebih lama menunjukkan terbukanya cincin epoksi. Studi kinetika reaksi epoksida minyak sawit terkatalisis V20s/y-Ah03 adalah orde dua semu dan reaksi V20s/Ti02 adalah orde satu semu terhadap minyak sawit. Hasil reaksi epoksidasi minyak sawit terkatalisis V20s/y-Ah03 dan V20s/Ti02 berturut-turut
menunjukkan energi aktivasi (Ea) sebesar 27 kJ ·mo1-1 dan 21 kJ ·mo1-1
turnover
number (TON) sebesar 138 dan 114, dan turnoverfrequenc y (TOF) sebesar 20 h-1
dan 16 h-1
energi Gibbs bebas (Gl) sebesar 90 kl·mol-1 dan 87 kJ ·mol-1
entropi
(St) sebesar -188 J·mo1-1-K-1 dan -216 J·mo1-1-K-1
dan entalpi (Mt) sebesar 24
kJ·mo1-1 dan 18 kJ·mo1-1
Energi aktivasi ini lebih rendah daripada reaksi tanpa
katalis yang dilaporkan (Ea sebesar 127 kJ ·mo1-1 . Regenerasi katalis V205/y-Ah03 dilakukan dengan menggunakan etanol dan pengeringan pada 80 °C (1 j). Hasil epoksida minyak sawit dengan katalis yang diregenerasi relatif baik yaitu hingga 75% . Nilai turnover number (TON) dan turnover frequ ency (TOF) dari V205!fi02 untuk epoksidasi rninyak sawit adalah 114 dan 16 t1 lebih rendah
daripada V20s/y-Ah03 dikarenakan luas permukaan katalis pendukung yang lebih rendah. Reaksi epoksidasi metil oleat terkatalisis V20s/y-Ah03 memberikan rendemen sebesar 65% pada suhu relatif rendah 50 °C selama 5 jam dan kinetika reaksi epoksida metil oleat menunjukkan orde satu semu.