ABSTRAK Kania Ayudya Aalstiary
PUBLIC Latifa Noor PUSTAKA Kania Ayudya Aalstiary
PUBLIC Latifa Noor
COVER Kania Ayudya Aalstiary
EMBARGO  2026-09-05 
EMBARGO  2026-09-05 
BAB1 Kania Ayudya Aalstiary
EMBARGO  2026-09-05 
EMBARGO  2026-09-05 
BAB2 Kania Ayudya Aalstiary
EMBARGO  2026-09-05 
EMBARGO  2026-09-05 
BAB3 Kania Ayudya Aalstiary
EMBARGO  2026-09-05 
EMBARGO  2026-09-05 
BAB4 Kania Ayudya Aalstiary
EMBARGO  2026-09-05 
EMBARGO  2026-09-05 
BAB5 Kania Ayudya Aalstiary
EMBARGO  2026-09-05 
EMBARGO  2026-09-05 
Zeolit merupakan material mikropori aluminosilikat berdiameter pori kurang dari 2
nm. Zeolit memiliki keunggulan berupa kestabilan kerangka yang tinggi, aktivitas
dan selektivitas baik, serta mudah untuk didaur ulang. Zeolit ZSM-5 telah
dilaporkan sebagai material yang memiliki sifat fisikokimia yang unik, kerangka
yang stabil dan sistem pori yang seragam. Berdasarkan kelebihan ini membuat
ZSM-5 kerap digunakan dalam aplikasi seperti sebagai katalis pada reaksi catalytic
fast pyrolysis (CFP), sebagai adsorben pada adsorpsi fosfat, dan sebagainya.
Kerangka zeolit ZSM-5 tersusun oleh unit pentasil yang mengandung cincin
beranggota lima (5 MRs). Secara umum, sintesis ZSM-5 membutuhkan ion
tetrapropilammonium (TPA+
) yang dikenal sebagai organic structure-directing
agent (OSDA) spesifik untuk membantu membentuk kerangka ZSM-5. Namun,
sintesis ZSM-5 dengan OSDA membutuhkan proses pembakaran suhu tinggi untuk
menghilangkan senyawa organik yang dapat berdampak pada pencemaran
lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kation natrium (Na+
) mampu
berperan sebagai anorganik pengarah struktur pengganti OSDA untuk sintesis
ZSM-5 yang lebih ramah lingkungan. Pada sintesis zeolit, lingkungan sintesis statis
merupakan kondisi sintesis paling sederhana dan bergantung kepada interaksi alami
antara prekursor. Penambahan aging dua tahap menjadi suatu upaya untuk
memperoleh produk ZSM-5 murni pada sintesis dengan lingkungan statis. Tahap
aging diharapkan mampu membantu interaksi antara prekursor sehingga dapat
mempercepat proses nukleasi. Sintesis zeolit menggunakan autoklaf berlapis
Teflon dengan pemanasan menggunakan oven terjadi perpindahan panas yang
lambat sehingga menyebabkan waktu sintesis lebih lama. Sintesis menggunakan
autoklaf tubular dengan pemanasan menggunakan minyak mampu memberikan
proses perpindahan panas yang lebih cepat dan merata. Pada penelitian ini
dilakukan sintesis ZSM-5 tanpa OSDA melalui aging dua tahap menggunakan
autoklaf konvensional dan autoklaf tubular. Zeolit ZSM-5 disintesis dengan
komposisi molar 12Na2O : 100SiO2 : 2Al2O3 : 2500H2O. Pada penelitian ini
dilakukan studi optimasi aging dua tahap dengan variasi suhu, waktu, dan
pengadukan. Variasi suhu aging dilakukan pada suhu ruang dan 80 °C. Variasi
waktu aging I dilakukan selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam serta pada aging II selama
12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Variasi pengadukan aging dilakukan dengan kecepatan
300 rpm dan statis. Pada penelitian ini dilakukan sintesis aging satu tahap dengan
ii
variasi waktu selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam serta variasi suhu pada suhu ruang
dan 80 °C. Selanjutnya, studi optimasi waktu dan suhu hidrotermal dengan
menggunakan autoklaf konvensional dan autoklaf tubular juga dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pemanasan suhu 80 °C pada aging I
meningkatkan laju pembentukan spesi penyusun zeolit yang ditunjukkan dari
puncak tajam ZSM-5 pada pola difraksi XRD. Pada hasil optimasi waktu aging dua
tahap menunjukkan semakin lama waktu aging akan mengarah ke pembentukan
fasa lain. Zeolit ZSM-5 dapat diperoleh dengan waktu aging I selama 1 jam dan 3
jam. Namun, saat waktu aging I meningkat menjadi 5 jam terdapat puncak magadit
pada hasil pola difraksi XRD. Berdasarkan hasil analisis, produk campuran ZSM-5
dan fasa amorf terbentuk ketika rangkaian aging dua tahap ditukar atau aging dua
tahap dalam keadaan statis. Pengadukan pada 300 rpm memiliki peran penting
karena mampu membuat campuran prekursor menjadi lebih homogen serta
mempermudah reaksi kimia antar prekursor. Kondisi optimal aging I diperoleh
pada suhu 80 °C selama 1 jam dengan pengadukan 300 rpm. Kondisi optimal aging
II diperoleh pada suhu ruang selama 24 jam statis. Hasil sintesis melalui aging dua
tahap mampu menghasilkan produk ZSM-5 yang lebih optimal dari sintesis melalui
aging satu tahap. Aging II memberikan waktu lebih lama untuk prekursor
membentuk spesi penyusun zeolit sehingga mampu mempercepat proses nukleasi.
Sintesis menggunakan autoklaf konvensional selama 24 jam dapat menghasilkan
ZSM-5 dengan kristalinitas relatif 89 % dan memiliki morfologi seperti peti mati.
Sintesis memakai autoklaf tubular pada suhu 180 °C menghasilkan produk
campuran ZSM-5 dengan fasa magadit. Saat suhu ditingkatkan menjadi 210 °C,
pertumbuhan fasa magadit dapat dihambat dan menghasilkan produk ZSM-5
dengan kristalinitas relatif 72 %. Suhu kinetik yang tinggi dapat mempercepat
reaksi pembentukan zeolit ZSM-5 dan tidak memberikan kesempatan pembentukan
fasa lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa aging I dengan
pemanasan 80 °C dapat meningkatkan laju pembentukan spesi penyusun zeolit
sehingga dapat mempercepat proses nukleasi. Pada sintesis ini, penggunaan ion Na+
terhidrasi memiliki diameter kinetik yang sama dengan ukuran mikropori ZSM-5
sehingga mampu menghasilkan produk zeolit ZSM-5. Sintesis dengan suhu tinggi
menggunakan autoklaf tubular diperkirakan mampu menekan pertumbuhan
pengotor dan mengarah ke pembentukan produk zeolit ZSM-5.