Paradigma pembangunan lama yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi
berkontribusi terhadap pesatnya pertumbuhan kawasan-kawasan perkotaan di
dunia—termasuk DKI Jakarta beserta wilayah suburbannya—yang juga membawa
permasalahan-permasalahan signifikan dalam aktivitas pada kawasan perkotaan,
seperti pengelolaan sampah. Pergeseran paradigma pembangunan yang kemudian
terjadi menghadirkan berbagai upaya yang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dalam konteks pengelolaan sampah dan Kawasan
Metropolitan Jakarta, salah satu upaya terwujud melalui pengembangan TPPAS
Lulut Nambo di Desa Lulut, Kabupaten Bogor yang dibangun untuk melayani
empat kabupaten/kota di Kawasan Metropolitan Jakarta—Kota Depok, Bogor, dan
Tangerang Selatan, serta Kabupaten Bogor itu sendiri. TPPAS ditargetkan untuk
mengatasi permasalahan persampahan dengan mengolah sampah menjadi produk
jual yang bernilai ekonomi—sebuah indikasi terhadap orientasi keberlanjutan.
Kegiatan yang berlangsung di fasilitas tersebut tentunya tidak berjalan sendirian,
melainkan juga berkaitan dengan upaya lainnya yang dilakukan di tingkat
kabupaten/kota. Oleh karenanya, penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi
pendekatan pembangunan berkelanjutan—strong atau weak sustainability—yang
terkandung dalam pengelolaan sampah pada konteks pengembangan TPPAS Lulut
Nambo dan pelaksanaan pengelolaan sampah di Kota Depok, mempertimbangkan
kondisi pengelolaan sampah di kota tersebut yang paling mengkhawatirkan di
antara kabupaten/kota lainnya yang dilayani oleh TPPAS. Penelitian ini dilakukan
dengan metode campuran. Analisis kualitatif digunakan untuk merumuskan dan
mengelompokkan kriteria dan indikator pengelolaan sampah serta untuk
merumuskan rekomendasi strategi pengolaan sampah. Adapun analisis kuantitatif
digunakan untuk memberikan skor penilaian terhadap pelaksanaan pengelolaan
sampah di wilayah studi. Hasil penelitian berhasil mengelompokkan 43 indikator
pengelolaan sampah berkelanjutan ke dalam 15 kriteria, yang kemudian digunakan
sebagai acuan penilaian pelaksanaan pengelolaan sampah dan perumusan
rekomendasi strategi. Lebih lanjut, penelitian mengindikasikan bahwa pelaksanaan
pengelolaan sampah yang terjadi sudah menunjukkan orientasi keberlanjutan yang
cenderung mengandung prinsip-prinsip strong sustainability (SS), dengan skor 120
yang 60% di antaranya merupakan kontribusi indikator-indikator SS. Selain itu,
penelitian juga merumuskan 36 rekomendasi strategi serta mengidentifikasi tiga
permasalahan utama yang memerlukan penanganan prioritas: 1) Upaya
pengurangan, pendauran, dan pemanfaatan kembali sampah; 2) Penanganan dan
pengolahan sampah; dan 3) Pelibatan pemangku kepentingan.