ABSTRAK Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 1 Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 2 Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 3 Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 4 Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 5 Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
PUSTAKA Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
LAMPIRAN Marlina Herlambang
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Air adalah kebutuhan yang sangat pokok bagi masyarakat untuk dapat hidup
dengan layak. Sumber daya air adalah salah satu jenis sumber daya terbarukan
yang tidak akan habis. Sayangnya, sumber daya air belum dimanfaatkan secara
optimal, sehingga menimbulkan berbagai bencana. Salah satu faktor kelangkaan
sumber daya air adalah maraknya pembangunan dan pertumbuhan penduduk pada
suatu kawasan peri-urban menyebabkan kelangkaan sumber daya air. Pada
kawasan peri-urban Kota Bandung yang memiliki dataran rendah seringkali
mengalami banjir. Selain itu, kelangkaan air karena menurunnya muka air tanah
juga mulai dirasakan masyarakat. Jumlah permintaan air dengan kesediaan air
yang tidak seimbang memberikan dampak pada kelangkaan air. Pasalnya, kawasan
peri-urban Kota Bandung direncanakan memiliki dominansi kawasan permukiman
dan bangunan lainnya yang meningkatkan kebutuhan air, sedangkan konservasi
air tanah dan air permukaan sendiri belum mendapatkan banyak perhatian.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis dampak perubahan guna lahan dan
pertumbuhan penduduk pada daya dukung air. Tujuan studi ini adalah menanggapi
kebijakan pemerintah dalam mengupayakan konservasi air pada wilayah studi.
Kabupaten Bandung akan terus bertumbuh dan intensitas tinggi kawasan
terbangun merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Penelitian ini dilakukan
dengan mengukur ketersediaan serta kebutuhan air sejak tahun 2011, tahun 2020,
serta proyeksinya hingga tahun 2030. Hasil studi ini menghasilkan status daya
dukung air pada kawasan studi ini sangat rendah atau defisit, yakni rasio
kelangkaan <1 (tinggi). Pada kebijakan daerah pun banyak terdapat
ketidaksesuaian antara kebijakan daerah provinsi dan kota serta RPJPD dan
RTRW. Sehingga dapat dirumuskan beberapa rekomendasi bagi kebijakan tata
ruang di Kabupaten Bandung, seperti sinkronisasi kebijakan, penataan ruang
lindung, penambahan pola ruang untuk badan air buatan, peningkatan
pengawasan, peningkatan infrastruktur air, dan inovasi lain seperti penggunaan
bahan aspal berpori untuk mengurangi banjir. Pemanfaatan air limpasan hujan
yang tinggi pada daerah terbangun sangat berpengaruh dalam mengurangi gap
kebutuhan air yang tinggi pada Kabupaten Bandung