ABSTRAK Tina Stephanie
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Semenjak kemunculan pandemi COVID-19, tren pariwisata berubah. Ekowisata menjadi
sangat menarik bagi para wisatawan karena memperkecil kemungkinan penularan virus.
Hal ini terus menjadi tren dan menyebabkan perubahan kebutuhan dan keinginan
wisatawan dalam berwisata hingga setelah penyebaran COVID-19 selesai pun,
pariwisata yang berkaitan dengan nilai budaya dan lingkungan alam menjadi daya tarik
yang dicari oleh wisatawan. Selain itu, ekowisata atau wisata alam dapat memberikan
pengalaman yang berbeda pada penduduk lokal di sebuah kota. Sebuah pengalaman
yang tidak biasa mereka dapat di lingkungan rumahnya atau pun pekerjaannya. Seperti
yang kita tahu, perkotaan besar di Indonesia seperti Kota Tangerang Selatan, memiliki
suasana pergerakan yang sibuk dan cepat, mobilisasi manusia yang tinggi, serta polusi
udara yang besar. Para penduduk lokal biasanya hanya ingin berlibur dan berwisata
karena ingin melepaskan lelah dari hiruk pikuk suasana kota dan mencari nuansa baru
namun masih dalam jarak yang dekat dengan rumah mereka. Kota Tangerang Selatan
memiliki potensi alam yang paling menonjol, yaitu danau buatan atau situ, yaitu Situ
Pamulang. Namun kawasan ini jauh dari pengembangan, sangat minim dalam hal
kebersihan dan sepi dari pengunjung, sehingga menjadi ruang di tengah kota yang
terbengkalai dan tidak aktif. Perancangan kawasan ini dilakukan untuk menyelesaikan
persoalan design atau pun persoalan non-design yang ada, dengan metode perancangan
fragmental. Perancangan kawasan Situ Pamulang fokus kepada fungsi ruang sebagai
kawasan ekowisata sekaligus ruang terbuka publik yang mengacu pada beberapa
kriteria, yaitu kebersihan, kelestarian lingkungan alam, kenyamanan, keamanan,
keselamatan, aksesibilitas, dan keindahan.