digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN Aquila Jidapa
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan infrastruktur dan lahan terbangun, sertaberkontribusi signifikan pada konversi lahan hijau. Kota Bogor merupakan salah satu kota pinggiran DKI Jakarta yang menjadi pilihan tempat tinggal bagi komuter karena kenyamanannya, diantaranya pengaruh keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) yang menjadi kebutuhan primer perkotaan. Namun, keberadaannya semakin berkurang. Kondisi antropologis perkotaan telah memicu meningkatnya suhu permukaan, khususnya penggunaan kendaraan bermotor, pembangunan jalan, dan penggunaan pendingin ruangan, yang secara simultan menaikkan kadar karbon di perkotaan. Keberadaan RTH menjadi penting untuk mengurangi suhu perkotaan akibat kegiatan antropologis yang kurang terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi spasial dan pengaruh keberadaan RTH terhadap fenomena surface urban heat island (SUHI) di Kota Bogor. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari akuisisi data menggunakan Google Earth Engine dan survei data sekunder ke instansi pemerintah. Penelitian ini menggunakan analisis autokorelasi spasial LISA untuk mengetahui pola persebaran RTH di Kota Bogor, analisis spasial menggunakan Google Earth Engine dan ambang batas untuk mengetahui keberadaan fenomena SUHI, analisis R Pearson untuk mengetahui hubungan RTH dengan SUHI, dan analisis OLS serta GWR untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap SUHI di Kota Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persebaran RTH di Kota Bogor adalah tersebar cukup merata dengan Index Moran 0,118. Sebanyak 24 dari 68 kelurahan (35,29%) yang mengalami fenomena SUHI dengan suhu ambang batas 33,28°C. Hubungan RTH dengan SUHI menunjukkan hasil yang berbanding terbalik. Berdasarkan hasil analisis terpilih GWR, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap SUHI di Kota Bogor adalah luas wilayah per kelurahan, luas jalanan, dan jumlah penduduk dengan R2 sebesar 27,61% dan AICc 157,45. Oleh karena itu, pemerintah Kota Bogor perlu memperhatikan keberadaan RTH di jalanan dengan menambah jalur hijau, mengendalikan pengurangan RTH akibat peningkatan penduduk, serta masyarakat yang sebaiknya turut serta menjaga lingkungan seperti menggunakan transportasi umum, memulai urban farming, agar kadar penghijauan di Kota Bogor tetap terjaga.